Punya Kapal Induk Kedua, China Ancam Cegat Setiap Pesawat Penganggu

Sabtu, 11 Maret 2017 - 06:11 WIB
Punya Kapal Induk Kedua,...
Punya Kapal Induk Kedua, China Ancam Cegat Setiap Pesawat Penganggu
A A A
BEIJING - Kapal induk kedua China yang sedang dalam proses pembangunan blok lambung saat ini telah bergabung di dermaga dengan kapal-kapal perang. Dengan memiliki kapal induk kedua, China mengancam akan mencegat setiap pesawat pengganggu wilayah kedaulatan Beijing.

Mulusnya proses pembangunan kapal induk kedua China ini disampaikan Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China, Wang Weiming kepada Xinhua di sela-sela sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC).

Kapal induk pertama China, Liaoning, adalah kapal buatan Soviet yang dibeli dari Ukraina. Sedangkan kapal induk kedua dibangun sendiri yang akan menjadi pangkalan bagi pesawat-pesawat jet tempur J-15 dan pesawat tempur China lainnya.

Wang, yang juga seorang anggota NPC, mengatakan mengatakan pengembangan marinir China sedang dipercepat. Sedangkan armada kapal perusak angkatan laut dan kapal frigat tumbuh lebih besar dan kuat.

”Kami akan mencegat setiap pesawat pengganggu dan akan menguntit setiap kapal militer di wilayah yang menjadi tanggung jawab kami,” kata Wang. ”Pelaut kami harus tetap waspada dan mampu menangani keadaan darurat setiap saat,” ujar Wang, yang dikutip Sabtu (11/3/2017).

Anggota NPC lainnya, Li Yanming, yang merupakan pejabat komisaris politik di departemen persenjataan Angkatan Laut China mengatakan bahwa kapal-kapal angkatan laut China harus dilengkapi dengan persenjataan berkelas.

Kendati demikian, peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Militer, Chen Zhou, mengatakan kepada Beijing Youth Daily bahwa China tidak akan bersaing dengan Amerika Serikat (AS).

Militer AS pada saat ini memiliki 10 kapal induk atau supercarriers aktif bertenaga nuklir. ”Jumlah operator China di masa depan tergantung pada kebutuhan strategis dan militer negara itu. Kami tidak akan bersaing dengan AS untuk membangun 12 operator armada, yang tidak diperlukan untuk China, sebagai negara yang menerapkan kebijakan pertahanan nasional murni defensif,” kata Chen Zhou.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6271 seconds (0.1#10.140)