Rusia Khawatir Iran Tarik Diri dari Kesepakatan Nuklir
A
A
A
TEHERAN - Rusia menyatakan kekhawatiran soal kemungkinan Iran akan menarik diri dari kesepakatan nuklir. Kekhawatiran ini muncul setelah melihat peningkatan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran dalam beberapa waktu terakhir.
"Memang ada kekhawatiran, karena kita melihat retorika cukup keras dari pemerintah AS dan retorika tangguh timbal balik Teheran," kata Direktur Nonproliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia, Mikhail Ulyanov.
"Anda bertanya, apakah ada ancaman penarikan Teheran? Saya percaya hasil seperti itu akan menjadi kegagalan besar bagi seluruh masyarakat internasional," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (8/2).
Diplomat Rusia menunjukkan sanksi AS yang dikenakan pada Iran pekan lalu membuat iklim yang sangat tidak menguntungkan dalam hal pelaksanaan lebih lanjut dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Dia juga turut mengomentari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut kesepakatan nuklir Iran adalah kesepakatan terburuk sepanjang sejarah. Menurutnya, kesepakatan itu memang tidak sempurna, namun itu adalah hal terbaik yang bisa dicapai semua pihak.
"Secara obyektif, perjanjian ini adalah dan mungkin tidak ideal. Tapi, yang paling optimal dari cara yang paling benar untuk keluar dari situasi yang sangat sulit. Ini adalah kompromi yang masuk akal," tukasnya.
"Memang ada kekhawatiran, karena kita melihat retorika cukup keras dari pemerintah AS dan retorika tangguh timbal balik Teheran," kata Direktur Nonproliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia, Mikhail Ulyanov.
"Anda bertanya, apakah ada ancaman penarikan Teheran? Saya percaya hasil seperti itu akan menjadi kegagalan besar bagi seluruh masyarakat internasional," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (8/2).
Diplomat Rusia menunjukkan sanksi AS yang dikenakan pada Iran pekan lalu membuat iklim yang sangat tidak menguntungkan dalam hal pelaksanaan lebih lanjut dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Dia juga turut mengomentari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut kesepakatan nuklir Iran adalah kesepakatan terburuk sepanjang sejarah. Menurutnya, kesepakatan itu memang tidak sempurna, namun itu adalah hal terbaik yang bisa dicapai semua pihak.
"Secara obyektif, perjanjian ini adalah dan mungkin tidak ideal. Tapi, yang paling optimal dari cara yang paling benar untuk keluar dari situasi yang sangat sulit. Ini adalah kompromi yang masuk akal," tukasnya.
(esn)