Lukisan Telanjang Presiden Park Hebohkan Korea Selatan
A
A
A
SEOUL - Publik Korea Selatan (Korsel) dihebohkan dengan lukisan telanjang Presiden Park Geun-hye yang dipamerkan di Majelis Nasional pada hari Selasa. Lukisan asusila bergambar presiden perempuan yang dimakzulkan itu memicu kecaman di kalangan politisi setempat.
Semua partai politik mengutuk pameran lukisan itu, termasuk Partai Demokrat yang merupakan oposisi utama di Korsel. Mereka menyerukan agar pihak yang terlibat dalam pameran lukisan itu ditindak.
Pameran lukisan dilaporkan menjadi bagian dari protes yang dilakukan oleh anggota parlemen dari oposisi, Pyo Chang-won, atas skandal korupsi yang menyebabkan Presiden Park dimakzulkan. Pameran itu juga menampilkan lukisan ajudan Park, Choi Soon-sil, yang berada di pusaran skandal.
Lukisan berjudul “Tidur Kotor” itu menampilkan Presiden Park berbaring telanjang dan memegang rudal di dadanya. Menurut pelukis Korsel, Lee Koo Young, lukisan itu adalah parodi tiruan dari abad ke-19 berjudul “Olympia” karya Edouard Manet.
Parodi itu menampilkan seorang wanita kulit putih—yang diidentifikasi sebagai pekerja seks—menatap penonton dengan berani, sementara budaknya berkulit hitam membawakan bunganya.
Pemimpin Partai Demokrat, Woo Sang-ho, pada Rabu (25/1/2017) mengutuk pameran lukisan itu dan menyebutnya sebagai "tindak pidana". Dia mengatakan Pyo telah diadukan ke panel etik untuk karena mengatur pameran kontroversial itu. “Partai ini akan segera mengambil langkah-langkah untuk menjatuhkan hukuman melalui komite etik,” katanya, seperti dikutip The Straits Times.
Woo juga mengatakan bahwa pendukung Park yang melempari lukisan itu dan terlibat dalam protes kekerasan juga akan dihukum.
Partai berkuasa—Partai Saenuri—dan sempalannya Partai Bareun juga mengutuk pameran lukisan yang digelar Pyo. ”Insiden ini tidak hanya menghina perempuan, namun merusak reputasi negara itu,” kecam Kim Sung-eun, anggota komite darurat Partai Saenuri. Dia menyerukan agar Pyo mengundurkan diri dari parlemen.
“Seniman bebas menyindir dan membuat parodi dari politisi. Tapi kalau politisi memanfaatkan seni untuk niat politik, nilai artistik dapat terdistorsi,” imbuh pemimpin Partai Bareun, Choung Byoung-Gug.
Sementara itu, Pyo mengaku siap bertanggung jawab atas kontroversi yang dia buat. Tapi, dia mendesak agar pameran lukisan itu dihormati dalam hal kebebasan berbicara.
Semua partai politik mengutuk pameran lukisan itu, termasuk Partai Demokrat yang merupakan oposisi utama di Korsel. Mereka menyerukan agar pihak yang terlibat dalam pameran lukisan itu ditindak.
Pameran lukisan dilaporkan menjadi bagian dari protes yang dilakukan oleh anggota parlemen dari oposisi, Pyo Chang-won, atas skandal korupsi yang menyebabkan Presiden Park dimakzulkan. Pameran itu juga menampilkan lukisan ajudan Park, Choi Soon-sil, yang berada di pusaran skandal.
Lukisan berjudul “Tidur Kotor” itu menampilkan Presiden Park berbaring telanjang dan memegang rudal di dadanya. Menurut pelukis Korsel, Lee Koo Young, lukisan itu adalah parodi tiruan dari abad ke-19 berjudul “Olympia” karya Edouard Manet.
Parodi itu menampilkan seorang wanita kulit putih—yang diidentifikasi sebagai pekerja seks—menatap penonton dengan berani, sementara budaknya berkulit hitam membawakan bunganya.
Pemimpin Partai Demokrat, Woo Sang-ho, pada Rabu (25/1/2017) mengutuk pameran lukisan itu dan menyebutnya sebagai "tindak pidana". Dia mengatakan Pyo telah diadukan ke panel etik untuk karena mengatur pameran kontroversial itu. “Partai ini akan segera mengambil langkah-langkah untuk menjatuhkan hukuman melalui komite etik,” katanya, seperti dikutip The Straits Times.
Woo juga mengatakan bahwa pendukung Park yang melempari lukisan itu dan terlibat dalam protes kekerasan juga akan dihukum.
Partai berkuasa—Partai Saenuri—dan sempalannya Partai Bareun juga mengutuk pameran lukisan yang digelar Pyo. ”Insiden ini tidak hanya menghina perempuan, namun merusak reputasi negara itu,” kecam Kim Sung-eun, anggota komite darurat Partai Saenuri. Dia menyerukan agar Pyo mengundurkan diri dari parlemen.
“Seniman bebas menyindir dan membuat parodi dari politisi. Tapi kalau politisi memanfaatkan seni untuk niat politik, nilai artistik dapat terdistorsi,” imbuh pemimpin Partai Bareun, Choung Byoung-Gug.
Sementara itu, Pyo mengaku siap bertanggung jawab atas kontroversi yang dia buat. Tapi, dia mendesak agar pameran lukisan itu dihormati dalam hal kebebasan berbicara.
(mas)