Polinesia Prancis dan Seasteading Bangun Kota Terapung
A
A
A
CALIFORNIA - Kota terapung pertama di dunia akan dibangun di Pulau Tahiti, Polinisia Prancis. Itu akan menjadi kota masa depan pertama yang didukung teknologi ramah lingkungan.
Pemerintah Polinesia Prancis telah menandatangani kesepakatan dengan Institut Seasteading untuk memulai proyek pembangunan kota terapung. Itu mungkin seperti rencana ambisius karena mereka akan mengembangkan empat yang sempurna untuk model pemerintahan dan pengembangan pertanian berbasis laut. Proyek pembangunan kota terapung diperkirakan akan selesai pada 2019.
Biaya yang diperlukan cukup murah, hanya sekitar USD167 juta (Rp2,22 triliun). Institut Seasteading, yang berbasis di California dan dirikan oleh pendiri Paypal Peter Thiel, telah menghabiskan waktu selama lima tahun untuk penelitian dan pengembangan konsep desain komunitas inovatif dan permanen yang mengambang di laut.
Mereka mengklaim, pembangunan kota mengapung itu sebagai langkah pertama untuk mewujudkan “delapan nilai moral agung”. Eksperimen itu akan menjadi ujian bagi ide baru untuk memberikan makanan bagi warga yang lapar, merawat orang sakit, membersihkan atmosfer, dan memperdayakan orang miskin.
Polinesia Prancis, negara di Pasifik selatan yang terdiri dari 118 pulau, tertarik dengan proyek kota terapung karena mereka berisiko dengan kenaikan air laut yang semakin memprihatinkan. Melansir ABC, Pemerintah Polinesia Prancis telah menandatangani kesepakatan dengan Seasteading.
Kesepakatan itu fokus pada dua poin utama yakni memberikan keuntungan bagi ekonomi lokal dan mampu menciptakan kota yang ramah lingkungan. Meskipun Seasteading berjanji memenuhi hal tersebut, proyek tersebut harus disepakati pemerintah lokal dan Pemerintah Prancis yang menguasai wilayah tersebut.
“Kita tertarik dengan pilihan masyarakat dan telah memiliki lokasi pembangunan kota terapung,” kata Direktur Eksekutif Institut Seasteading Randolph Hencken, dilansir Daily Mail . “Kita ingin mencari tempat di perairan yang terlindungi. Kita ingin membangun di samudera lepas karena memperhatikan teknologi,” imbuhnya.
Dikarenakan kota terapung ini merupakan proyek pertama, menurut Hencken, pembangunannya akan dilaksanakan di dekat pulau karang. Itu akan membuat biaya semakin murah. “Kita mendesain agar kota itu mampu terapung di perairan dan harganya terjangkau,” tuturnya. Hencken mengatakan, institutnya telah bekerja sama dengan pemerintahan Polinesia Prancis.
“Pemerintah Polinesia Prancis menginginkan kita hadir di sana. Kita menghargai hal itu, mereka juga menghargai kita,” paparnya. Payung hukum kota terapung juga sedang dibuat Pemerintah Polinesia Prancis dan akan selesai tahun depan.
Kenapa memilih kota terapung? Thiel mengungkapkan, Seasteading ingin mendorong pembangunan yang lebih efisien dan mengembangkan model yang bisa diterapkan di seluruh dunia. Ke depannya, kota terapung yang dibangun Seasteading akan menampung jutaan penduduk dunia pada 2050.
Kota itu akan menjadi model komunitas yang menciptakan metropolitan paling idealis. Bukan hanya kota yang menjadi bagian dari suatu negara yang akan dibangun oleh Seasteading. “Kota terapung akan menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi dan pemerintahan rintisan,” demikian keterangan Seasteading.
Pemerintah Polinesia Prancis telah menandatangani kesepakatan dengan Institut Seasteading untuk memulai proyek pembangunan kota terapung. Itu mungkin seperti rencana ambisius karena mereka akan mengembangkan empat yang sempurna untuk model pemerintahan dan pengembangan pertanian berbasis laut. Proyek pembangunan kota terapung diperkirakan akan selesai pada 2019.
Biaya yang diperlukan cukup murah, hanya sekitar USD167 juta (Rp2,22 triliun). Institut Seasteading, yang berbasis di California dan dirikan oleh pendiri Paypal Peter Thiel, telah menghabiskan waktu selama lima tahun untuk penelitian dan pengembangan konsep desain komunitas inovatif dan permanen yang mengambang di laut.
Mereka mengklaim, pembangunan kota mengapung itu sebagai langkah pertama untuk mewujudkan “delapan nilai moral agung”. Eksperimen itu akan menjadi ujian bagi ide baru untuk memberikan makanan bagi warga yang lapar, merawat orang sakit, membersihkan atmosfer, dan memperdayakan orang miskin.
Polinesia Prancis, negara di Pasifik selatan yang terdiri dari 118 pulau, tertarik dengan proyek kota terapung karena mereka berisiko dengan kenaikan air laut yang semakin memprihatinkan. Melansir ABC, Pemerintah Polinesia Prancis telah menandatangani kesepakatan dengan Seasteading.
Kesepakatan itu fokus pada dua poin utama yakni memberikan keuntungan bagi ekonomi lokal dan mampu menciptakan kota yang ramah lingkungan. Meskipun Seasteading berjanji memenuhi hal tersebut, proyek tersebut harus disepakati pemerintah lokal dan Pemerintah Prancis yang menguasai wilayah tersebut.
“Kita tertarik dengan pilihan masyarakat dan telah memiliki lokasi pembangunan kota terapung,” kata Direktur Eksekutif Institut Seasteading Randolph Hencken, dilansir Daily Mail . “Kita ingin mencari tempat di perairan yang terlindungi. Kita ingin membangun di samudera lepas karena memperhatikan teknologi,” imbuhnya.
Dikarenakan kota terapung ini merupakan proyek pertama, menurut Hencken, pembangunannya akan dilaksanakan di dekat pulau karang. Itu akan membuat biaya semakin murah. “Kita mendesain agar kota itu mampu terapung di perairan dan harganya terjangkau,” tuturnya. Hencken mengatakan, institutnya telah bekerja sama dengan pemerintahan Polinesia Prancis.
“Pemerintah Polinesia Prancis menginginkan kita hadir di sana. Kita menghargai hal itu, mereka juga menghargai kita,” paparnya. Payung hukum kota terapung juga sedang dibuat Pemerintah Polinesia Prancis dan akan selesai tahun depan.
Kenapa memilih kota terapung? Thiel mengungkapkan, Seasteading ingin mendorong pembangunan yang lebih efisien dan mengembangkan model yang bisa diterapkan di seluruh dunia. Ke depannya, kota terapung yang dibangun Seasteading akan menampung jutaan penduduk dunia pada 2050.
Kota itu akan menjadi model komunitas yang menciptakan metropolitan paling idealis. Bukan hanya kota yang menjadi bagian dari suatu negara yang akan dibangun oleh Seasteading. “Kota terapung akan menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi dan pemerintahan rintisan,” demikian keterangan Seasteading.
(esn)