Eks Presiden Portugal Penumbang Diktator Terlama Eropa Meninggal
A
A
A
LISBON - Mantan presiden Portugal, Mario Soares, meninggal dunia pada usia 92, pada hari Sabtu. Soares dikenal sebagai tokoh pembuka jalan demokrasi Portugal dan musuh diktator terlama Eropa, Antonio de Oliveira Salazar.
Soares berperan penting setelah kudeta tahun 1974 yang mengakhiri 48 tahun kediktatoran Antonio de Oliveira Salazar.
“Setelah kesehatannya secara umum memburuk, Soares dirawat di rumah sakit Lisbon bulan lalu,” kata Jose Barata, juru bicara Rumah Sakit Palang Merah di Lisbon. Menurutnya, Soares menghabiskan sepuluh hari dalam perawatan intensif.
Selama perlawanan terhadap kediktatoran Antonio de Oliveira Salazar, Soares ditangkap berkali-kali dan diasingkan di Prancis. Dia dipenjara selama hampir tiga tahun dan menikah dengan Maria de Jesus Barroso pada tahun 1949 ketika dia berada di penjara.
Soares menjadi Perdana Menteri Portugal periode 1976-1978, setelah "Revolusi Bunga" mengakhiri kediktatoran sayap kanan. Pada kudeta 25 April 1974, kediktatoran terlama di Eropa tersebut resmi berakhir.
Nama “Revolusi Bunga” diambil dari sosok penjual bunga yang menyerahkan bunga musiman yang mekar kepada prajurit Portugal. ”Ini adalah revolusi yang paling murni dari abad ke-20,” kata politikus veteran Sosialis Protugal, Jose Magalhaes.
Rui Ramos, seorang sejarawan Portugal mencatat peran Soares yang dia sebut peran historis di negara tersebut. ”Mario Soares menantang semua proposal yang besar,” kata Ramos seperti dikutip Bloomberg, Minggu (8/1/2017). ”Itu peran historis dari orang ini, dari pusat kota Lisbon.”
Prosesi pemakamannya akan berlangsung tiga hari, di mana dua hari pertama, jenazah Soares akan disemayamkan di Biara Jeronimos dan kemudian dibawa ke Balai Kota Lisbon. Mantan presiden berusia 92 tahun itu merupakan sosok agnostik, sehingga tidak ada misa Katolik untuk dirinya.
Soares berperan penting setelah kudeta tahun 1974 yang mengakhiri 48 tahun kediktatoran Antonio de Oliveira Salazar.
“Setelah kesehatannya secara umum memburuk, Soares dirawat di rumah sakit Lisbon bulan lalu,” kata Jose Barata, juru bicara Rumah Sakit Palang Merah di Lisbon. Menurutnya, Soares menghabiskan sepuluh hari dalam perawatan intensif.
Selama perlawanan terhadap kediktatoran Antonio de Oliveira Salazar, Soares ditangkap berkali-kali dan diasingkan di Prancis. Dia dipenjara selama hampir tiga tahun dan menikah dengan Maria de Jesus Barroso pada tahun 1949 ketika dia berada di penjara.
Soares menjadi Perdana Menteri Portugal periode 1976-1978, setelah "Revolusi Bunga" mengakhiri kediktatoran sayap kanan. Pada kudeta 25 April 1974, kediktatoran terlama di Eropa tersebut resmi berakhir.
Nama “Revolusi Bunga” diambil dari sosok penjual bunga yang menyerahkan bunga musiman yang mekar kepada prajurit Portugal. ”Ini adalah revolusi yang paling murni dari abad ke-20,” kata politikus veteran Sosialis Protugal, Jose Magalhaes.
Rui Ramos, seorang sejarawan Portugal mencatat peran Soares yang dia sebut peran historis di negara tersebut. ”Mario Soares menantang semua proposal yang besar,” kata Ramos seperti dikutip Bloomberg, Minggu (8/1/2017). ”Itu peran historis dari orang ini, dari pusat kota Lisbon.”
Prosesi pemakamannya akan berlangsung tiga hari, di mana dua hari pertama, jenazah Soares akan disemayamkan di Biara Jeronimos dan kemudian dibawa ke Balai Kota Lisbon. Mantan presiden berusia 92 tahun itu merupakan sosok agnostik, sehingga tidak ada misa Katolik untuk dirinya.
(mas)