Rusia: Kami Tak Suka Campuri Urusan Negara Lain
A
A
A
MOSKOW - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin melemparkan sindiran terhadap negara-negara Barat. Dia menyatakan, mencampuri urusan dalam negeri negara lain, terlebih soal pemilu, tidak ada dalam kebijakan luar negeri Rusia.
Tanpa menyebutkan nama negara, Galuzin menyatakan, sudah ada beberapa bukti Barat suka turut campur dalam urusan negara lain. Sedangkan sejauh ini tidak ada bukti Rusiaturut campur dalam urusan dalam negeri negara lain, karena memang hal itu belum pernah dilakukan Rusia.
Diplomat senior Rusia itu menyebut, salah satu alasan Rusia tidak ingin melakukan intervensi semacam itu adalah karena mereka tidak ingin merusak stabilitas keamanan sebuah negara.
"Kami tidak seperti negara lain yang suka membuat opini publik, lalu menghasilkan bencana, seperti yang terjadi pada pemilu di Afghanistan, Irak Libya, Yunani dan negara-negara Arab sebelumnya," ucap Galuzin saat menggelar briefing bulanan di kediamanya di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (30/11).
Pernyataan itu juga merupakan bagian dari respon atas pernyataan Kanselir Jerman Angela Merkel. Dimana, Merkel menyatakan ada kemungkinan Rusia akan melakukan serangan cyber untuk mengacaukan pemilu di Jerman yang akan berlangsung tahun depan.
Tanpa menyebutkan nama negara, Galuzin menyatakan, sudah ada beberapa bukti Barat suka turut campur dalam urusan negara lain. Sedangkan sejauh ini tidak ada bukti Rusiaturut campur dalam urusan dalam negeri negara lain, karena memang hal itu belum pernah dilakukan Rusia.
Diplomat senior Rusia itu menyebut, salah satu alasan Rusia tidak ingin melakukan intervensi semacam itu adalah karena mereka tidak ingin merusak stabilitas keamanan sebuah negara.
"Kami tidak seperti negara lain yang suka membuat opini publik, lalu menghasilkan bencana, seperti yang terjadi pada pemilu di Afghanistan, Irak Libya, Yunani dan negara-negara Arab sebelumnya," ucap Galuzin saat menggelar briefing bulanan di kediamanya di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (30/11).
Pernyataan itu juga merupakan bagian dari respon atas pernyataan Kanselir Jerman Angela Merkel. Dimana, Merkel menyatakan ada kemungkinan Rusia akan melakukan serangan cyber untuk mengacaukan pemilu di Jerman yang akan berlangsung tahun depan.
(esn)