Dilema NATO, Antara Penumpukan Militer dan Dialog dengan Rusia

Selasa, 11 Oktober 2016 - 12:52 WIB
Dilema NATO, Antara...
Dilema NATO, Antara Penumpukan Militer dan Dialog dengan Rusia
A A A
PASSAU - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO; Jens Stoltenberg, melihat ada kontradiksi antara penumpukan kekuatan militer di dekat perbatasan Rusia dengan keinginan untuk melanjutkan dialog dengan Rusia. Menurutnya, kedua opsi itu dibutuhkan NATO.

”Kami harus menggabungkan ide kekuatan, pencegahan, pertahanan dan dialog. Bagi saya, jangan ada kontradiksi antara pertahanan yang kuat dan dialog politik,” kata Stoltenberg dalam sebuah forum Passau, Bavaria, Jerman.

Dalam forum itu, Stoltenberg bergabung dengan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk dan Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz. ”Hal ini sangat penting, pada saat yang sama untuk menghindari Perang Dingin baru. Kami tidak ingin perlombaan senjata baru,” ujarnya, Selasa (11/10/2016).

Baca:
AS dan Rusia Memanas, Gorbachev Sebut Dunia Dalam Bahaya


Sekjen NATO ini mengaku tidak terlalu khawatir dengan manuver Rusia baru-baru yang mengerahkan rudal nuklir Iskander-M ke Kaliningrad, yang berbatasan langsung dengan negara-negara NATO di Baltik.

”Kami telah mendeteksi bahwa mereka telah memindahkan rudal, dan ini adalah bagian dari kecenderungan umum yang kami lihat dalam beberapa kali,” kata mantan Perdana Menteri Norwegia ini, seperti dikutip Russia Today. ”NATO telah merespon. Anda harus memahami bahwa kami telah menerapkan penguatan terbesar dari pertahanan kolektif sejak akhir Perang Dingin,” ujarnya.

Pada bulan Juli lalu, NATO menyetujui pengerahan empat batalion internasional tambahan untuk negara-negara yang berbatasan dengan Rusia. Masing-masing diperkirakan berjumlah hingga 1.000 tentara. Selain itu, NATO juga diperintahkan untuk terus menyebarkan sistem rudal pertahanan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1012 seconds (0.1#10.140)