Penuh Skandal, Media China Cemooh Pilpres AS
A
A
A
BEIJING - Dua surat kabar utama yang dikelola oleh pemerintah China mencemooh pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS). Keduanya menyatakan tidak ada habisnya skandal di sekitar kedua kandidat utama presiden menunjukkan AS tidak punya hak untuk memberikan kuliah tentang demokrasi.
Dalam editorialnya, harian resmi Partai Komunis China Daily People menyebut pilpres AS penuh kekacauan. Hal itu merujuk pada isu terkait pajak yang membelit kandidat presiden Partai Republik Donald Trump hingga kepada skandal email pribadi dan masalah kesehatan calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton.
Menurut Daily People, kedua kandidat sibuk menyerang permasalahan pribadi masing-masing seperti yang terlihat dalam debat presiden pertama lalu. "Semua keanehan ini tidak hanya menunjukkan keadaan jelas politik AS, itu juga menunjukkan secara langsung praktek korupsi dari politik AS," bunyi komentar dalam kolom Zhong Sheng yang berarti Voice China.
"Untuk waktu yang lama, Amerika Serikat telah membual tentang bagaimana pemilu yang demokratis adalah sebuah tanda sistem yang baik dan bahkan telah digunakan untuk sengaja mengkritik sebagian besar negara-negara berkembang. Keyakinian diri yang ekstrem dan arogansi penceramah demokrasi ini harus dikekang," katanya lagi seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (8/10/2016).
Sementara media China lain yang sangat nasionalis, Global Times mengatakan bahwa skandal tersebut menunjukkan tidak ada superioritas dalam demokrasi Barat. "Negara-negara Barat memiliki sistem hukum di tempat untuk mengamankan stabilitas sosial dalam menghadapi kekacauan tersebut, tetapi banyak negara berkembang yang buru-buru belajar dari mereka hanya mendatangkan ketidakstabilan sosial," kata Global Times.
Dalam editorialnya, harian resmi Partai Komunis China Daily People menyebut pilpres AS penuh kekacauan. Hal itu merujuk pada isu terkait pajak yang membelit kandidat presiden Partai Republik Donald Trump hingga kepada skandal email pribadi dan masalah kesehatan calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton.
Menurut Daily People, kedua kandidat sibuk menyerang permasalahan pribadi masing-masing seperti yang terlihat dalam debat presiden pertama lalu. "Semua keanehan ini tidak hanya menunjukkan keadaan jelas politik AS, itu juga menunjukkan secara langsung praktek korupsi dari politik AS," bunyi komentar dalam kolom Zhong Sheng yang berarti Voice China.
"Untuk waktu yang lama, Amerika Serikat telah membual tentang bagaimana pemilu yang demokratis adalah sebuah tanda sistem yang baik dan bahkan telah digunakan untuk sengaja mengkritik sebagian besar negara-negara berkembang. Keyakinian diri yang ekstrem dan arogansi penceramah demokrasi ini harus dikekang," katanya lagi seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (8/10/2016).
Sementara media China lain yang sangat nasionalis, Global Times mengatakan bahwa skandal tersebut menunjukkan tidak ada superioritas dalam demokrasi Barat. "Negara-negara Barat memiliki sistem hukum di tempat untuk mengamankan stabilitas sosial dalam menghadapi kekacauan tersebut, tetapi banyak negara berkembang yang buru-buru belajar dari mereka hanya mendatangkan ketidakstabilan sosial," kata Global Times.
(ian)