Akhiri Krisis, Pemerintah Suriah Terbuka untuk Solusi Politik
A
A
A
NEW YORK - Wakil Perdana Menteri Suriah, Walid al-Moallem, menegaskan komitmen pemerintah untuk mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung selama lima tahun. Pemerintah Suriah siap untuk bergerak maju dengan pembicaraan damai Jenewa yang dimediasi PBB.
Moallem mengatakan, intervensi dari luar Suriah memicu munculnya terorisme, dan semua solusi didikte dari luar yang mentah-mentah ditolak oleh rakyat Suriah. "Semua orang tahu betul bahwa terorisme tidak akan menyebar di negara kami jika bukan karena dukungan eksternal dari negara-negara yang terkenal," katanya seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (25/9/2016).
Dikatakan oleh Moallem bahwa sejak terjadinya krisis pada tahun 2011, pemerintah Suriah telah menyatakan bahwa solusi apa pun harus mengikuti dua trek paralel; kontra-terorisme dan jalur politik. Jalur politik melalui dialog intra-Suriah yang memungkinkan Suriah menentukan masa depan negara mereka tanpa campur tangan asing, katanya.
"Kami selalu terbuka untuk trek politik yang akan membendung pertumpahan darah dan mengakhiri penderitaan berkepanjangan di Suriah. Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk bergerak maju dengan jalur Jenewa, di bawah naungan PBB," katanya.
Pembicaraan yang dimediasi PBB, diadakan antara pemerintah dan pasukan oposisi Suriah, bertujuan untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari seperempat juta orang dan pengungsi jutaan orang.
Putara pertama dari tiga putaran yang dijadwalkan menghasilkan 12 poin dari kesamaan antara pihak yang bertikai. Masalah transisi politik adalah topik utama untuk perundingan putaran kedua yang digelar pada bulan April lalu yang berakhir dengan kebuntuan.
Moallem mengatakan, intervensi dari luar Suriah memicu munculnya terorisme, dan semua solusi didikte dari luar yang mentah-mentah ditolak oleh rakyat Suriah. "Semua orang tahu betul bahwa terorisme tidak akan menyebar di negara kami jika bukan karena dukungan eksternal dari negara-negara yang terkenal," katanya seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (25/9/2016).
Dikatakan oleh Moallem bahwa sejak terjadinya krisis pada tahun 2011, pemerintah Suriah telah menyatakan bahwa solusi apa pun harus mengikuti dua trek paralel; kontra-terorisme dan jalur politik. Jalur politik melalui dialog intra-Suriah yang memungkinkan Suriah menentukan masa depan negara mereka tanpa campur tangan asing, katanya.
"Kami selalu terbuka untuk trek politik yang akan membendung pertumpahan darah dan mengakhiri penderitaan berkepanjangan di Suriah. Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk bergerak maju dengan jalur Jenewa, di bawah naungan PBB," katanya.
Pembicaraan yang dimediasi PBB, diadakan antara pemerintah dan pasukan oposisi Suriah, bertujuan untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari seperempat juta orang dan pengungsi jutaan orang.
Putara pertama dari tiga putaran yang dijadwalkan menghasilkan 12 poin dari kesamaan antara pihak yang bertikai. Masalah transisi politik adalah topik utama untuk perundingan putaran kedua yang digelar pada bulan April lalu yang berakhir dengan kebuntuan.
(ian)