Abu Sayyaf Mengebom, Duterte Umumkan Keadaan Negara Tanpa Hukum
Sabtu, 03 September 2016 - 11:28 WIB

Abu Sayyaf Mengebom, Duterte Umumkan Keadaan Negara Tanpa Hukum
A
A
A
DAVAO - Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada hari Sabtu (3/9/2016) mengumumkan Filipina dalam keadaan “state of lawlessness” atau negara tanpa hukum, sebuah istilah negara dalam kondisi anarkis. Keadaan itu diumumkan setelah bom mengguncang Davo yang menewaskan 14 orang.
Kelompok Abu Sayyaf sudah mengklaim sebagai dalang pengeboman di pasar malam di Davao, kota yang jadi kampung halaman Duterte. Selain 14 orang tewas, bom itu menyebabkan puluhan orang lainnya terluka.
”Saya harus menyatakan keadaan kekerasan tanpa hukum di negara ini, itu bukan darurat militer,” kata Duterte kepada wartawan di jalanan Davao saat fajar.
”Saya punya kewajiban ini untuk melindungi negara ini,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters.
Baca:
Korban Tewas 14 Orang, Abu Sayyaf Klaim Pengebom Kampung Duterte
Serangan bom itu telah memicu spekulasi yang dihubungkan dengan rencana pembunuhan terhadap Duterte. Presiden berjuluk “the punisher” atau “penghukum” itu jadi target pembunuhan setelah mengobarkan perang melawan narkoba sekaligus perang melawan Abu Sayyaf.
Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, menyebut ancaman pembunuhan tidak mempengaruhi Duterte.”Dia makan (ancaman pembunuhan) itu untuk sarapan, itu bukan sesuatu yang baru,” katanya.
Kelompok Abu Sayyaf sudah mengklaim sebagai dalang pengeboman di pasar malam di Davao, kota yang jadi kampung halaman Duterte. Selain 14 orang tewas, bom itu menyebabkan puluhan orang lainnya terluka.
”Saya harus menyatakan keadaan kekerasan tanpa hukum di negara ini, itu bukan darurat militer,” kata Duterte kepada wartawan di jalanan Davao saat fajar.
”Saya punya kewajiban ini untuk melindungi negara ini,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters.
Baca:
Korban Tewas 14 Orang, Abu Sayyaf Klaim Pengebom Kampung Duterte
Serangan bom itu telah memicu spekulasi yang dihubungkan dengan rencana pembunuhan terhadap Duterte. Presiden berjuluk “the punisher” atau “penghukum” itu jadi target pembunuhan setelah mengobarkan perang melawan narkoba sekaligus perang melawan Abu Sayyaf.
Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, menyebut ancaman pembunuhan tidak mempengaruhi Duterte.”Dia makan (ancaman pembunuhan) itu untuk sarapan, itu bukan sesuatu yang baru,” katanya.
(mas)