Para Ilmuwan Mengkonfirmasi Adanya Kehidupan setelah Kematian

Senin, 15 Agustus 2016 - 13:52 WIB
Para Ilmuwan Mengkonfirmasi...
Para Ilmuwan Mengkonfirmasi Adanya Kehidupan setelah Kematian
A A A
SOUTHAMPTON - Kematian adalah konsekuensi tak terelakkan dari kehidupan, namun para ilmuwan “mengkonfirmasi” bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dalam studi terbaru, seseorang mengalami kesadaran hingga tiga menit setelah mengalami kematian secara klinis.

Studi itu dilakukan para ilmuwan Inggris terhadap lebih dari 2 ribu orang yang mengalami kematian secara klinis tapi hidup kembali.

Para ilmuwan selama ini percaya orang yang dinyatakan meninggal secara klinis berarti aktivitas otak berhenti 30 detik setelah jantung berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Pada saat itulah, kesadaran pada manusia yang meninggal praktis berhenti.

Tetapi penelitian dari University of Southampton menunjukkan sebaliknya. Studi baru mereka menunjukkan orang terus mengalami kesadaran sampai tiga menit setelah kematian.

Berbicara pada studi inovatif, kepala peneliti Dr Sam Parnia mengatakan; ”Bertentangan dengan persepsi, kematian bukanlah momen tertentu tetapi sebuah proses yang berpotensi reversibel yang terjadi setelah penyakit parah atau kecelakaan yang menyebabkan jantung, paru-paru dan otak berhenti berfungsi.”

”Jika upaya yang dilakukan untuk membalikkan proses ini, itu disebut sebagai 'serangan jantung'; Namun, jika upaya ini tidak berhasil itu disebut 'kematian',” kata Parnia.

Para Ilmuwan


Dari 2.060 pasien asal Austria, Amerika dan Inggris yang selamat dari serangan jantung telah diwawancarai untuk studi tersebut. Sebanyak 40 persen dari mereka mengatakan bahwa mereka mampu mengingat beberapa bentuk kesadaran setelah dinyatakan meninggal secara klinis.

Dua persen dari pasien menggambarkan pengalaman mereka konsisten dengan perasaan out-of-body experience, sensasi di mana orang merasa hampir sepenuhnya sadar setelah mengalami kematian.

“Ini menunjukkan lebih banyak orang mungkin memiliki aktivitas mental pada awalnya tapi kemudian kehilangan kenangan mereka setelah pemulihan, baik karena efek dari cedera otak atau obat penenang pada pemulihan memori,” kata Parnia.

Sekitar setengah dari responden penelitian ini mengatakan pengalaman mereka bukan salah satu dari kesadaran, tapi rasa takut.

Para ilmuwan mengklaim temuan paling signifikan dari studi mereka adalah seorang pria 57 tahun yang diyakini menjadi yang pertama yang dikonfirmasi sebagai pasien yang mengalami out-of-body experience.

Setelah menderita serangan jantung, pasien itu mengungkapkan dia mampu mengingat apa yang terjadi di sekelilingnya dengan akurasi menakutkan setelah mengalami sekarat sementara.

“Hal ini penting, karena sering diasumsikan bahwa pengalaman dalam kaitannya dengan kematian adalah kemungkinan halusinasi atau ilusi yang terjadi baik sebelum jantung berhenti atau setelah jantung berhasil berdetak lagi, tapi bukan pengalaman yang sesuai dengan peristiwa 'nyata' ketika jantung tidak berdetak,” ujar Parnia.

”Dalam hal ini, kesadaran dan kesadaran tampaknya terjadi selama periode tiga menit ketika tidak ada detak jantung,” lanjut dia, seperti dilansir news.com.au, Senin (15/8/2016) yang mengutip The Sun.

”Ini adalah paradoks, karena otak biasanya berhenti berfungsi dalam waktu 20-30 detik dari penghentian jantung dan tidak melanjutkan lagi sampai jantung berdetak kembali. Selain itu, ingatan rinci kesadaran visual dalam hal ini konsisten dengan peristiwa yang diverifikasi.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1490 seconds (0.1#10.140)