Hillary Clinton: Saya Akan Menjadi Presiden
A
A
A
WASHINGTON - Hillary Rodham Clinton yakin bahwa dia akan menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) menggantikan Barack Obama. Untuk mewujudkan keyakinannya itu, Hillary mengaku berkonsultasi dengan suaminya dan Presiden Obama.
Dalam wawancara di program “60 Minutes”, Hillary akan mengesampingkan terlibat dalam “insult fest” semacam kampanye penghinaan yang disuarakan rivalnya, Donald Trump. Sebaliknya, dia akan berbicara di malam Konvensi Nasional Partai Demokrat tentang pentingnya rakyat Amerika memilih seorang presiden perempuan.
“Saya pikir ini saatnya dalam genggaman,” kata Hillary yang blak-blakan akan mengandalkan Obama dan suaminya, mantan presiden Bill Clinton.
”Saya akan menjadi presiden tersebut. Tapi itu tidak terjadi menjadi fakta sejarah bahwa suami saya menjabat sebagai presiden selama delapan tahun. Dan ada banyak yang terjadi yang membantu orang-orang Amerika selama delapan tahun,” ujarnya.
”Dan saya juga akan dengan mengandalkan Presiden Obama,” lanjut Hillary yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di era Obama.
Menurutnya, Pemilu Presiden yang akan membuatnya menjadi presiden perempuan pertama adalah ”momen besar” bagi Amerika.
”Dan menerima pencalonan (presiden) pada Kamis malam, saya akan berpikir tentang semua wanita yang datang sebelumnya, dan saya berharap bahwa itu memberikan perempuan dan gadis-gadis lain memiliki perasaan bahwa apapun mimpi mereka mungkin (terwujud), mereka dapat mencapainya di negeri ini,” katanya, seperti dikutip news.com.au, Senin (25/7/2016).
Dalam wawancara itu, Hillary mengaku sedih dengan retorika Partai Republik yang terlalu kasar dalam menyerangnya. Partai Republik, sempat menyerukan agar Hillary ditembak kepalanya karena dianggap melakukan kejahatan. Ada juga seruan agar Hillary dijebloskan ke penjara.
”Saya tidak tahu apakah ada konvensi mereka (Partai Republik) selain tentang mengkritik saya,” ujar Hillary. ”Saya tampaknya menjadi satu-satunya tema pemersatu.”
Meski demikian, Hillary mengaku tidak akan terjebak dengan ikut melakukan kampenye penghinaan seperti yang dilakukan Donald Trump.
“Saya tidak memanggilnya apa-apa. Dan saya tidak akan terlibat dalam semacam seruan penghinaan. Jadi, apa pun yang dia katakan tentang saya, dia bebas untuk menggunakan ruangnya sendiri untuk melakukannya,” imbuh Hillary.
Dalam wawancara di program “60 Minutes”, Hillary akan mengesampingkan terlibat dalam “insult fest” semacam kampanye penghinaan yang disuarakan rivalnya, Donald Trump. Sebaliknya, dia akan berbicara di malam Konvensi Nasional Partai Demokrat tentang pentingnya rakyat Amerika memilih seorang presiden perempuan.
“Saya pikir ini saatnya dalam genggaman,” kata Hillary yang blak-blakan akan mengandalkan Obama dan suaminya, mantan presiden Bill Clinton.
”Saya akan menjadi presiden tersebut. Tapi itu tidak terjadi menjadi fakta sejarah bahwa suami saya menjabat sebagai presiden selama delapan tahun. Dan ada banyak yang terjadi yang membantu orang-orang Amerika selama delapan tahun,” ujarnya.
”Dan saya juga akan dengan mengandalkan Presiden Obama,” lanjut Hillary yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di era Obama.
Menurutnya, Pemilu Presiden yang akan membuatnya menjadi presiden perempuan pertama adalah ”momen besar” bagi Amerika.
”Dan menerima pencalonan (presiden) pada Kamis malam, saya akan berpikir tentang semua wanita yang datang sebelumnya, dan saya berharap bahwa itu memberikan perempuan dan gadis-gadis lain memiliki perasaan bahwa apapun mimpi mereka mungkin (terwujud), mereka dapat mencapainya di negeri ini,” katanya, seperti dikutip news.com.au, Senin (25/7/2016).
Dalam wawancara itu, Hillary mengaku sedih dengan retorika Partai Republik yang terlalu kasar dalam menyerangnya. Partai Republik, sempat menyerukan agar Hillary ditembak kepalanya karena dianggap melakukan kejahatan. Ada juga seruan agar Hillary dijebloskan ke penjara.
”Saya tidak tahu apakah ada konvensi mereka (Partai Republik) selain tentang mengkritik saya,” ujar Hillary. ”Saya tampaknya menjadi satu-satunya tema pemersatu.”
Meski demikian, Hillary mengaku tidak akan terjebak dengan ikut melakukan kampenye penghinaan seperti yang dilakukan Donald Trump.
“Saya tidak memanggilnya apa-apa. Dan saya tidak akan terlibat dalam semacam seruan penghinaan. Jadi, apa pun yang dia katakan tentang saya, dia bebas untuk menggunakan ruangnya sendiri untuk melakukannya,” imbuh Hillary.
(mas)