Selamatkan Demokrasi, Ribuan Warga Turki Rayakan Kegagalan Kudeta
Minggu, 17 Juli 2016 - 15:18 WIB

Selamatkan Demokrasi, Ribuan Warga Turki Rayakan Kegagalan Kudeta
A
A
A
ISTANBUL - Ribuan warga Turki berkumpul di Taksim Square, Istanbul, pada hari Sabtu untuk merayakan kegagalan kudeta militer. Mereka bersuka cita karena berhasil menyelamatkan demokrasi.
Orang-orang tampak berjalan menyusuri jalan-jalan, bersorak, bernyanyi, bertepuk tangan, berteriak dan membawa bendera nasional. Kaum perempuan dan anak-anak juga ikut merayakan.
Mereka juga membunyikan peralatan musik dan sebagian menyalakan kembang api.
Perayaan terjadi beberapa jam setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan berbicara kepada publik di Istanbul. Dalam pidatonya Erdogan meminta Amerika Serikat untuk tidak terlibat kudeta dan mengekstradisi atau menangkap ulama Fethullah Gulen yang tinggal di Pennsyvania karena dianggap sebagai dalang kudeta.
Gulen membantah tuduhan itu dan menuduh balik Erdogan dan partainya sebagai pihak yang merekayasa kudeta.
”Dear Presiden Obama, saya katakan ini sebelumnya, tangkap Fethullah Gulen atau memulangkannya ke Turki. Anda tidak mendengarkan. Saya menyerukan Anda kembali, setelah usaha kudeta, (agar) mengekstradisi orang ini dari Pennsylvania ke Turki. Jika kita adalah mitra strategis, lakukan apa yang diperlukan,” kata Erdogan yang ditujukan pada Obama, seperti dikutip BBC, Minggu (17/7/2016).
Erdogan secara eksplisit menyebut negara yang mendukung Gulen sebagai “musuh terbuka” Turki. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, meminta Turki untuk memberikan bukti yang sah terhadap Gulen.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menyebut upaya kudeta sebagai noda hitam dalam demokrasi Turki. Dia mempertimbangkan untuk menerapkan kembali hukuman mati yang telah dihapus di Turki.
Namun, rencana ini akan jadi batu sandungan bagi Turki jika ingin bergabung dengan Uni Eropa. Sebab, salah satu syarat bergabung adalah menghapus hukuman mati.
Orang-orang tampak berjalan menyusuri jalan-jalan, bersorak, bernyanyi, bertepuk tangan, berteriak dan membawa bendera nasional. Kaum perempuan dan anak-anak juga ikut merayakan.
Mereka juga membunyikan peralatan musik dan sebagian menyalakan kembang api.
Perayaan terjadi beberapa jam setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan berbicara kepada publik di Istanbul. Dalam pidatonya Erdogan meminta Amerika Serikat untuk tidak terlibat kudeta dan mengekstradisi atau menangkap ulama Fethullah Gulen yang tinggal di Pennsyvania karena dianggap sebagai dalang kudeta.
Gulen membantah tuduhan itu dan menuduh balik Erdogan dan partainya sebagai pihak yang merekayasa kudeta.
”Dear Presiden Obama, saya katakan ini sebelumnya, tangkap Fethullah Gulen atau memulangkannya ke Turki. Anda tidak mendengarkan. Saya menyerukan Anda kembali, setelah usaha kudeta, (agar) mengekstradisi orang ini dari Pennsylvania ke Turki. Jika kita adalah mitra strategis, lakukan apa yang diperlukan,” kata Erdogan yang ditujukan pada Obama, seperti dikutip BBC, Minggu (17/7/2016).
Erdogan secara eksplisit menyebut negara yang mendukung Gulen sebagai “musuh terbuka” Turki. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, meminta Turki untuk memberikan bukti yang sah terhadap Gulen.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menyebut upaya kudeta sebagai noda hitam dalam demokrasi Turki. Dia mempertimbangkan untuk menerapkan kembali hukuman mati yang telah dihapus di Turki.
Namun, rencana ini akan jadi batu sandungan bagi Turki jika ingin bergabung dengan Uni Eropa. Sebab, salah satu syarat bergabung adalah menghapus hukuman mati.
(mas)