Kaum Gay Dilarang Donor Darah untuk Korban Penembakan di Orlando
A
A
A
ORLANDO - Para kaum gay dan biseksual ditolak untuk mendonorkan darah bagi korban luka dalam penembakan massal di klub malam Pulse di Orlando, Amerika Serikat (AS). Penolakan sumbangan darah oleh klinik di Orlando itu untuk mencegah penularan HIV/AIDS.
Penolakan donor darah dari kaum gay itu sesuai aturan kesehatan federal AS, di mana donor darah tidak dapat diterima dari pria gay maupun biseksual yang telah melakukan hubungan seks dengan lelaki.
Aturan itu dikeluarkan pada akhir 2015 oleh pihk Food and Drug Administration (FDA), dan sejalan dengan peraturan di Inggris, Brasil, Australia dan Jepang.
Laporan media di AS menyebut jaringan donor darah OneBlood—yang memasok darah untuk sekitar 200 rumah sakit di Florida, Georgia, South Carolina dan Alabama—mengabaikan pedoman itu demi membantu sekitar 53 korban luka dalam serangan di Orlando.
Namun, pihak OneBlood melalui Twitter mengkonfirmasi bahwa mereka masih mengikuti aturan FDA.
“Semua pedoman FDA tetap berlaku untuk donor darah. Ada laporan palsu yang beredar bahwa aturan FDA dicabut. Itu tidak benar,” tulis pihak OneBlood melalui akun Twitter-nya, @my1blood.
Larangan donor darah bagi kaum gay itu memicu kritik, karena hanya berdasarkan orientasi seksual.
”Kebijakan ini akan mencegah orang donor darah yang menyelamatkan jiwa, hanya didasarkan pada orientasi seksual mereka daripada risiko yang sebenarnya untuk suplai darah,” kata David Stacey, Direktur Kampanye Hak Asasi Manusia kepada ABC.
Beberapa pria gay dan biseksual juga memohon untuk dibiarkan menyumbangkan darah mereka bagi korban luka akibat penembakan massal di Orlando.
Pembantaian massal di klub malam Pulse menewaskan 50 orang, termasuk pelakunya, Omar Mateen, 29, pria AS keturunan Afghanistan. Selain itu, sebanyak 53 orang lainnya terluka.
Penolakan donor darah dari kaum gay itu sesuai aturan kesehatan federal AS, di mana donor darah tidak dapat diterima dari pria gay maupun biseksual yang telah melakukan hubungan seks dengan lelaki.
Aturan itu dikeluarkan pada akhir 2015 oleh pihk Food and Drug Administration (FDA), dan sejalan dengan peraturan di Inggris, Brasil, Australia dan Jepang.
Laporan media di AS menyebut jaringan donor darah OneBlood—yang memasok darah untuk sekitar 200 rumah sakit di Florida, Georgia, South Carolina dan Alabama—mengabaikan pedoman itu demi membantu sekitar 53 korban luka dalam serangan di Orlando.
Namun, pihak OneBlood melalui Twitter mengkonfirmasi bahwa mereka masih mengikuti aturan FDA.
“Semua pedoman FDA tetap berlaku untuk donor darah. Ada laporan palsu yang beredar bahwa aturan FDA dicabut. Itu tidak benar,” tulis pihak OneBlood melalui akun Twitter-nya, @my1blood.
Larangan donor darah bagi kaum gay itu memicu kritik, karena hanya berdasarkan orientasi seksual.
”Kebijakan ini akan mencegah orang donor darah yang menyelamatkan jiwa, hanya didasarkan pada orientasi seksual mereka daripada risiko yang sebenarnya untuk suplai darah,” kata David Stacey, Direktur Kampanye Hak Asasi Manusia kepada ABC.
Beberapa pria gay dan biseksual juga memohon untuk dibiarkan menyumbangkan darah mereka bagi korban luka akibat penembakan massal di Orlando.
Pembantaian massal di klub malam Pulse menewaskan 50 orang, termasuk pelakunya, Omar Mateen, 29, pria AS keturunan Afghanistan. Selain itu, sebanyak 53 orang lainnya terluka.
(mas)