Mobilisasi Pertanian, Mahasiswa Korut Dipaksa Turun ke Sawah
A
A
A
PYONGYANG - Korea Utara (Korut) mengumumkan mobilisasi pertanian selama satu bulan. Kebijakan ini memaksa seluruh mahasiswa di negara itu bekerja di sawah selama musim tanam.
"Para siswa di provinsi kami telah dikirim ke daerah pertanian, seperti ke wilayah Koksanb dan Yonsan Country. Selama 70 hari para mahasiswa dipaksa untuk menanam benih dan memberantas gulma. Sekarang mereka telah berangkat lagi ke peternakan," kata sebuah sumber di provinsi Hwanghae Utara dikutip dari Telegraph, Kamis (26/5/2016).
Kebijakan ini pun menuai protes dari para mahasiswa, karena dianggap mengganggu kegiatan belajar mereka. "Para mahasiswa telah meminta, jika kebijakan semacam ini terus berjalan, bagaimana mereka bisa belajar?" kata sang sumber.
Kebijakan ini sendiri dinilai bertolak belakang dengan pernyataan pemimpin Korut, Kim Jong-un. Jong-un menyatakan bahwa universitas adalah platform untuk meluncurkan masa depan bangsa, salah satu pilar utama masyarakat, dan tempat pelatihan bagi pemimpin.
Namun, banyaknya kebijakan yang menyita waktu mahasiswa untuk bekerja di proyek-proyek pemerintah pun menimbulkan keluhan. Mereka merasa tengah dieksploitasi sebagai tenaga kerja.
"Mahasiswa telah menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bekerja di pertanian ketimbang mereka belajar tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika seperti ini, mereka secara alami sulit mewujudkan keinginan Kim Jong-un agar universitas menciptakan siswa terkenal dengan kemampuan teknologi," ujar sumber lain di Provinsi Hwanghae Selatan.
"Para siswa di provinsi kami telah dikirim ke daerah pertanian, seperti ke wilayah Koksanb dan Yonsan Country. Selama 70 hari para mahasiswa dipaksa untuk menanam benih dan memberantas gulma. Sekarang mereka telah berangkat lagi ke peternakan," kata sebuah sumber di provinsi Hwanghae Utara dikutip dari Telegraph, Kamis (26/5/2016).
Kebijakan ini pun menuai protes dari para mahasiswa, karena dianggap mengganggu kegiatan belajar mereka. "Para mahasiswa telah meminta, jika kebijakan semacam ini terus berjalan, bagaimana mereka bisa belajar?" kata sang sumber.
Kebijakan ini sendiri dinilai bertolak belakang dengan pernyataan pemimpin Korut, Kim Jong-un. Jong-un menyatakan bahwa universitas adalah platform untuk meluncurkan masa depan bangsa, salah satu pilar utama masyarakat, dan tempat pelatihan bagi pemimpin.
Namun, banyaknya kebijakan yang menyita waktu mahasiswa untuk bekerja di proyek-proyek pemerintah pun menimbulkan keluhan. Mereka merasa tengah dieksploitasi sebagai tenaga kerja.
"Mahasiswa telah menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bekerja di pertanian ketimbang mereka belajar tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika seperti ini, mereka secara alami sulit mewujudkan keinginan Kim Jong-un agar universitas menciptakan siswa terkenal dengan kemampuan teknologi," ujar sumber lain di Provinsi Hwanghae Selatan.
(ian)