Mengenang 5 Tahun Tsunami Jepang: Hati Mereka Tersayat....
A
A
A
TOKYO - Hari ini, Jumat (11/3/2016), publik Jepang berkabung atas meninggalnya ribuan orang dalam gempa dan tsunami dahsyat lima tahun silam.
Gempa dan tsunami itu menghancurkan tiga reaktor nuklir Fukushima Dai-ichi yang menjadi bencana nuklir terburuk sejak tragedi nuklir Chernobyl tahun 1986. Gempa berekuatan 9 SR melanda kawasan lepas pantai yang memicu tsunami besar hingga menewaskan hampir 20 ribu orang.
Tiga reaktor nuklir itu memuntahkan radiasi dalam jumlah besar di wilayah pedesaan, dan mengkontaminasi air, makanan dan udara di Fukushima.
Kala itu, lebih dari 160 ribu orang yang berada di dekat fasilitas nuklir Fukushima langsung dievakuasi. Meski saat ini sebagian dari mereka kembali ke kota asal untuk memulai hidup baru.
Demonstran telah bermunculan di depan operator reaktor nuklir Fukushima, Tokyo Electric Power Co (Tepco). ”Berikan kembali kampung halaman saya!," demikian bunyi plakat yang diusung para demonstran yang belum bisa menerima hancurnya kampung-kampung mereka akibat bencana nuklir.
Ribuan orang hari ini berkumpul menawarkan bunga dan dupa. Mereka menundukkan kepala dan menyeka air mata. Bendera-bendera Jepang di gedung pemerintah pusat berkibar setengah tiang, beberapa lainnya berbalut kain hitam.
Di pesisir Rikuzentakata, yang diratakan oleh gelombang tsunami setinggi 17 meter (56 kaki), beberapa wargaya berusaha tegar. Di wilayah itu, jumlah populasi penduduknya berkurang tujuh persen akibat bencana mengerikan lima tahun silam.
”Kenyataannya adalah bahwa kita masih merasakan bekas luka di sini, dan ada masih banyak yang berjuang untuk memulai kehidupan mereka kembali,”kata Yashichi Yanashita,65, seorang pensiunan pejabat balai kota setempat, seperti dikutip Reuters.
Di pusat Kota Tokyo, pada pukul 02.46 waktu setempat, orang-orang menundukkan kepala mengheningkan cipta. Semua kereta bawah tanah di Tokyo berhenti selama satu menit. Perdana Menteri Shinzo Abe dan Kaisar Akihito juga membungkuk di depan 12 ribu orang yang menghadiri upacara mengenang tragedi gempa dan tsunami.
”Ayah, hari itu, saya menelepon ponsel Anda berkali-kali, tapi Anda tidak menjawab ... ,” kata Masakiyo Kimura, yang kehilangan orang tua saat tsunami menerjang Kota Onagawa. ”Rumah kami benar-benar robek dari fondasinya. Tidak ada,tetap kecuali untuk sepasang cangkir teh ayahdan ibu.”
Miliaran dolar telah digelontorkan Pemerintah Jepang untuk memulihkan kondisi warga dan infrastruktur yang hancur. ”Saya merasakan sejumlah orang tidak tahu apa yang harus dilakukan, yang jumlahnya semakin meningkat,” kata Kazuo Sato, mantan nelayan dari Rikuzentakata. ”Hati mereka tersayat…,” lanjut dia.
Gempa dan tsunami itu menghancurkan tiga reaktor nuklir Fukushima Dai-ichi yang menjadi bencana nuklir terburuk sejak tragedi nuklir Chernobyl tahun 1986. Gempa berekuatan 9 SR melanda kawasan lepas pantai yang memicu tsunami besar hingga menewaskan hampir 20 ribu orang.
Tiga reaktor nuklir itu memuntahkan radiasi dalam jumlah besar di wilayah pedesaan, dan mengkontaminasi air, makanan dan udara di Fukushima.
Kala itu, lebih dari 160 ribu orang yang berada di dekat fasilitas nuklir Fukushima langsung dievakuasi. Meski saat ini sebagian dari mereka kembali ke kota asal untuk memulai hidup baru.
Demonstran telah bermunculan di depan operator reaktor nuklir Fukushima, Tokyo Electric Power Co (Tepco). ”Berikan kembali kampung halaman saya!," demikian bunyi plakat yang diusung para demonstran yang belum bisa menerima hancurnya kampung-kampung mereka akibat bencana nuklir.
Ribuan orang hari ini berkumpul menawarkan bunga dan dupa. Mereka menundukkan kepala dan menyeka air mata. Bendera-bendera Jepang di gedung pemerintah pusat berkibar setengah tiang, beberapa lainnya berbalut kain hitam.
Di pesisir Rikuzentakata, yang diratakan oleh gelombang tsunami setinggi 17 meter (56 kaki), beberapa wargaya berusaha tegar. Di wilayah itu, jumlah populasi penduduknya berkurang tujuh persen akibat bencana mengerikan lima tahun silam.
”Kenyataannya adalah bahwa kita masih merasakan bekas luka di sini, dan ada masih banyak yang berjuang untuk memulai kehidupan mereka kembali,”kata Yashichi Yanashita,65, seorang pensiunan pejabat balai kota setempat, seperti dikutip Reuters.
Di pusat Kota Tokyo, pada pukul 02.46 waktu setempat, orang-orang menundukkan kepala mengheningkan cipta. Semua kereta bawah tanah di Tokyo berhenti selama satu menit. Perdana Menteri Shinzo Abe dan Kaisar Akihito juga membungkuk di depan 12 ribu orang yang menghadiri upacara mengenang tragedi gempa dan tsunami.
”Ayah, hari itu, saya menelepon ponsel Anda berkali-kali, tapi Anda tidak menjawab ... ,” kata Masakiyo Kimura, yang kehilangan orang tua saat tsunami menerjang Kota Onagawa. ”Rumah kami benar-benar robek dari fondasinya. Tidak ada,tetap kecuali untuk sepasang cangkir teh ayahdan ibu.”
Miliaran dolar telah digelontorkan Pemerintah Jepang untuk memulihkan kondisi warga dan infrastruktur yang hancur. ”Saya merasakan sejumlah orang tidak tahu apa yang harus dilakukan, yang jumlahnya semakin meningkat,” kata Kazuo Sato, mantan nelayan dari Rikuzentakata. ”Hati mereka tersayat…,” lanjut dia.
(mas)