Abbas: Kami Menolak Kekerasan dan Ekstrimisme
A
A
A
RAMALLAH - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyatakan penolakannya terhadap kekerasan dan ekstrimisme. Pernyataannya ini mengisyaratkan penolakannya terhadap aksi kekerasan yang sedang berlangsung antara Palestina dan Israel sejak Oktober lalu.
"Tangan kami terulur untuk perdamaian berdasarkan hak dan keadilan, dan kami menentang kekerasan dan ekstrimisme," kata Abbas usai bertemu dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis di Ramallah.
"Kontinuitas dari situasi yang tak tertahankan saat ini, dan untuk mencapai perdamaian, keamanan serta bertetangga antara kami dengan Israel membutuhkan keputusan yang tegas oleh pemerintah Israel untuk membekukan kegiatan permukiman segera dan menghentikan tindakan agresif para pemukim," kata Abbas saat konferensi pers dikutip dari Xinhua, Kamis (10/3/2016).
Sementara Presiden Rumania, Klaus Iohannis, menyerukan kedua belah pihak untuk membangun kembali rasa saling percaya dan menekankan bahwa penyelesaian hanya dapat dicapai melalui negosiasi.
Gelombang kekerasan antara Palestina dan Israel pecah pada Oktober lalu. Hingga saat ini, gelombang kekerasan itu telah menewaskan lebih dari 190 warga Palestina dan 34 orang Israel, menurut statistik resmi.
"Tangan kami terulur untuk perdamaian berdasarkan hak dan keadilan, dan kami menentang kekerasan dan ekstrimisme," kata Abbas usai bertemu dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis di Ramallah.
"Kontinuitas dari situasi yang tak tertahankan saat ini, dan untuk mencapai perdamaian, keamanan serta bertetangga antara kami dengan Israel membutuhkan keputusan yang tegas oleh pemerintah Israel untuk membekukan kegiatan permukiman segera dan menghentikan tindakan agresif para pemukim," kata Abbas saat konferensi pers dikutip dari Xinhua, Kamis (10/3/2016).
Sementara Presiden Rumania, Klaus Iohannis, menyerukan kedua belah pihak untuk membangun kembali rasa saling percaya dan menekankan bahwa penyelesaian hanya dapat dicapai melalui negosiasi.
Gelombang kekerasan antara Palestina dan Israel pecah pada Oktober lalu. Hingga saat ini, gelombang kekerasan itu telah menewaskan lebih dari 190 warga Palestina dan 34 orang Israel, menurut statistik resmi.
(ian)