Lawan Arus, Israel Gelar Kontes Ratu Kecantikan Transgender
A
A
A
TEL AVIV - Untuk pertama kalinya, kontes ratu kecantikan transgender bertajuk “Miss Trans Israel” digelar di Tel Aviv, Israel. Kota di Israel itu “melawan arus” masyarakat Timur Tengah yang mayoritas menentang kaum LGBT.
Sekitar 30 perempuan transgender ambil bagian dalam kontes yang dimulai Kamis kemarin.
Dengan kontes kontroversial itu, Tel Aviv telah muncul sebagai salah satu tujuan wisata ramah bagi kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) ketika kaum LGBT kerap mengalami penganiayaan di Timur Tengah.
Israela Stephanie Lev , penyelenggara kontes, mengatakan bahwa di masa lalu itu hidup sebagai wanita transgender di Israel “mengerikan”. Namun, kata dia, hari ini orang-orang di Israel telah menerima kehadiran wanita transgender.
”Jelas kita mencapai, mencerahkan orang-orang untuk menerima dan memberdayakan wanita transgender,” katanya, seperti dikutip Times of Israel, Jumat (4/3/2016).
Talleen Abu Hanna, 21, dari keluarga Katolik Arab di Kota Nazareth utara, merupakan salah satu kontestan. Dia mengaku ikut audisi karena ingin melakukan sesuatu dengan hidupnya.
”Saya punya sesuatu, saya penari, dan saya seorang penyanyi, saya pemain terompet. Saya punya sesuatu untuk diberikan kepada orang-orang, "katanya.
Meskipun masyarakat Arab Israel yang konservatif tidak menerima kaum gay, Abu Hanna mengklaim keluarganya telah menerima dan mendukungnya.“Kami adalah orang-orang normal. Ini adalah normal,” katanya.
Elian Nesiel, kontestan berumur 20 tahun, percaya bahwa menjadi wanita transgender secara bertahap bisa diterima. ”Ya, itu sebuah proses, seperti segala sesuatunya,” katanya.
Di Israel sendiri kaum LGBT cenderung mulai diterima. Kaum gay secara terbuka diizinkan melayani militer Israel.
Tapi kaum homoseksual tetap dijauhi oleh komunitas Yahudi ultra-Ortodoks. Tahun lalu, seorang ekstremis ultra-Ortodoks Yahudi menikam seorang gadis remaja hingga tewas di sebuah parade LGBT di Yerusalem.
Sekitar 30 perempuan transgender ambil bagian dalam kontes yang dimulai Kamis kemarin.
Dengan kontes kontroversial itu, Tel Aviv telah muncul sebagai salah satu tujuan wisata ramah bagi kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) ketika kaum LGBT kerap mengalami penganiayaan di Timur Tengah.
Israela Stephanie Lev , penyelenggara kontes, mengatakan bahwa di masa lalu itu hidup sebagai wanita transgender di Israel “mengerikan”. Namun, kata dia, hari ini orang-orang di Israel telah menerima kehadiran wanita transgender.
”Jelas kita mencapai, mencerahkan orang-orang untuk menerima dan memberdayakan wanita transgender,” katanya, seperti dikutip Times of Israel, Jumat (4/3/2016).
Talleen Abu Hanna, 21, dari keluarga Katolik Arab di Kota Nazareth utara, merupakan salah satu kontestan. Dia mengaku ikut audisi karena ingin melakukan sesuatu dengan hidupnya.
”Saya punya sesuatu, saya penari, dan saya seorang penyanyi, saya pemain terompet. Saya punya sesuatu untuk diberikan kepada orang-orang, "katanya.
Meskipun masyarakat Arab Israel yang konservatif tidak menerima kaum gay, Abu Hanna mengklaim keluarganya telah menerima dan mendukungnya.“Kami adalah orang-orang normal. Ini adalah normal,” katanya.
Elian Nesiel, kontestan berumur 20 tahun, percaya bahwa menjadi wanita transgender secara bertahap bisa diterima. ”Ya, itu sebuah proses, seperti segala sesuatunya,” katanya.
Di Israel sendiri kaum LGBT cenderung mulai diterima. Kaum gay secara terbuka diizinkan melayani militer Israel.
Tapi kaum homoseksual tetap dijauhi oleh komunitas Yahudi ultra-Ortodoks. Tahun lalu, seorang ekstremis ultra-Ortodoks Yahudi menikam seorang gadis remaja hingga tewas di sebuah parade LGBT di Yerusalem.
(mas)