Horor, Perkawinan Hantu Muncul Lagi di China

Rabu, 02 Maret 2016 - 17:43 WIB
Horor, Perkawinan Hantu Muncul Lagi di China
Horor, Perkawinan Hantu Muncul Lagi di China
A A A
SHANXI - Di beberapa wilayah terpencil di China, pria yang meninggal dengan status lajang jasadnya diambil dan dinikahkan dengan mayat perempuan. Tradisi horor yang dikenal sebagai “perkawinan hantu” itu sejatinya dilarang di China, tapi kini muncul lagi di wilayah Provinsi Shanxi.

“Perkawinan hantu” yang dianggap sebagai adat tradisional itu secara resmi dilarang setelah berdirinya Republik Rakyat China pada tahun 1949.


Pada 23 Februari 2016, kantor berita Xinhua, melaporkan bahwa di Hongtong county, Provinsi Shanxi selatan, ada setidaknya tiga lusin kasus pencurian mayat perempuan selama tiga tahun terakhir.


Menurut media Pemerintah China itu, mayat-mayat yang dicuri digunakan untuk ritual perkawinan hantu”. Jika mayat perempuan sudah menjadi kerangka, maka akan diperkuat dengan kawat baja dan diberi pakaian. Setelah itu, mayat perempuan itu dikuburkan bersama seorang pria lajang yang baru meninggal, yang disebut sebagai ”pengantin hantu”.

Banyak orang pedesaan di wilayahitu percaya jika anggota keluarga laki-laki meninggal dan belum menikah, mereka harus menemukan pendamping untuk menemaninya di akhirat.

Ada juga sejumlah alasan lain di balik ritual ”perkawinan hantu” itu. Salah satunya, mereka percaya kegagalan untuk menemukan pasangan bagi anggota keluarga laki-laki sampai yang bersangkutan akhirnya meninggal, maka akan membawa sial.

Ritual aneh itu memicu kenaikan harga mayat perempuan curian hingga 100.000 yuan. Ritual itu sekilas terdengar mengejutkan jika masih dipraktikkan di China, yang populasinya 1,4 miliar jiwa dan telah menjadi negara yang berkembang pesat. Tapi, ritual itu memang terjadi.

Riwayat munculnya ritual “perkawinan hantu” di China sejatinya dipraktikkan di seluruh wilayah pada zaman feodal. Ritual ini sangat populer pada abad ke-10 selama Dinasti Song berkuasa.


Setelah kebiasaan itu dilarang, orang-orang China di pedesaan masih melanjutkan dengan menggunakan gambar atau boneka yang terbuat dari kertas.

Menurut laporan Xinhua, karena kekayaan warga di China meningkat, praktik dengan menggunakan mayat sungguhan kini dihidupkan kembali di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Shanxi, Provinsi Henan utara dan Provinsi Shaanxi.


Wakil Direktur China Folk Literature and Art Association; Chang Sixin, mengatakan dalam ritual ini ada biro perjodohan dan perusahaan untuk memasangkan bujangan yang meninggal dengan mayat wanita.


Hukum Gagal Mencegah


Menurut hukum pidana China, mereka yang mencuri atau menyalahgunakan mayat dikenakan hukuman penjara hingga tiga tahun. Namun, hukuman yang ringan itu telah gagal untuk mencegah penyalahgunnaan mayat yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan uang.

Bisnis yang mengandalkan mayat itu cukup menggiurkan. Mereka yang membutuhkan seorang mayat wanita untuk ritual “perkawinan hantu” bisa menghabiskan sampai 100 ribu yuan. Harga tinggi itu berlaku bila mayat perempuan itu “masih segar”. Tapi, bila mayat perempuan yang telah terkubur selama puluhan tahun bisa dibayar sekitar 5 ribu yuan.

Pencurian mayat bukan sesuatu yang baru di China, karena telah berlangsung selama bertahun-tahun, sering dengan permintaan. Para pencuri mayat telah menciptakan kecemasan di beberapa desa.

Di Shengou, para keluarga mulai memindahkan makam kerabat mereka ke lokasi yang lebih dekat dengan rumah. Bahkan, beberapa orang telah disewa untuk mengawasi makam keluarga. Tak cukup itu, mereka juga memperkuat makam dengan baja dan memasang kamera di atas makam.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3830 seconds (0.1#10.140)