Arab Saudi Tegaskan Tidak Berencana Mediasi dengan Iran
A
A
A
RIYADH - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tidak berencana melakukan mediasi dengan Iran terkait perseteruan diplomatik. Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir membantah ada upaya mediasi kedua negara yang difasilitasi Pakistan.
Menlu Jubeir mengakui ada beberaa negara yang menawarkan diri untuk menengahi perseteruan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi. Namun, dia menegaskan bahwa Iran tahu apa yang dibutuhkan agar kedua negara bisa “rukun”. Menurut Jubeir, tidak akan ada mediasi kecuali kecuali Iran merespons positif Saudi.
Menurut Jubeir, lebih dari 35 tahun, Iran telah mengadopsi pendekatan bermusuhan dengan negara-negara Arab dengan cara ikut campur urusan internal negara-negara itu. Selain itu, kata dia, Iran juga menabur perselisihan sektarian dan mendukung terorisme.
“Iran harus mengubah kebijakan dan metodenya dalam berurusan dengan tetangganya, dengan berprinsip menjadi tetangga baik dan menahan diri untuk campur tangan urusan internal negara lain. Sehingga jalan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan negara tetangga akan terbuka,” kata Jubeir, seperti dikutip Saudi Gazette, Senin (25/1/2016).
Perseteruan Iran dan Saudi memuncak setelah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Langkah Saudi itu sebagai respons atas pembakaran dan penyerangan kantor Kedutaan Besar Saudi di Teheran oleh massa di Iran. Amuk massa di Iran itu terjadi beberapa jam setelah Saudi mengeksekusi ulama Syiah Saudi, Nimr Baqir Al-Nimr yang dituduh terlibat aksi terorisme.
Sejak kedua negara berseteru, Indonesia telah menawarkan diri untuk mendamaikannya. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, bahkan mengirim surat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk Raja Saudi; Salman bin Abdulaziz dan Presiden Iran, Hassan Rouhani, terkait tawaran untuk mediasi.
Setelah Indonesia, Pakistan juga menawarkan diri untuk menengahi konflik kedua negara tersebut. Namun, sejauh ini baik Iran maupun Saudi belum ada tanda-tanda untuk bermediasi.
Menlu Jubeir mengakui ada beberaa negara yang menawarkan diri untuk menengahi perseteruan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi. Namun, dia menegaskan bahwa Iran tahu apa yang dibutuhkan agar kedua negara bisa “rukun”. Menurut Jubeir, tidak akan ada mediasi kecuali kecuali Iran merespons positif Saudi.
Menurut Jubeir, lebih dari 35 tahun, Iran telah mengadopsi pendekatan bermusuhan dengan negara-negara Arab dengan cara ikut campur urusan internal negara-negara itu. Selain itu, kata dia, Iran juga menabur perselisihan sektarian dan mendukung terorisme.
“Iran harus mengubah kebijakan dan metodenya dalam berurusan dengan tetangganya, dengan berprinsip menjadi tetangga baik dan menahan diri untuk campur tangan urusan internal negara lain. Sehingga jalan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan negara tetangga akan terbuka,” kata Jubeir, seperti dikutip Saudi Gazette, Senin (25/1/2016).
Perseteruan Iran dan Saudi memuncak setelah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Langkah Saudi itu sebagai respons atas pembakaran dan penyerangan kantor Kedutaan Besar Saudi di Teheran oleh massa di Iran. Amuk massa di Iran itu terjadi beberapa jam setelah Saudi mengeksekusi ulama Syiah Saudi, Nimr Baqir Al-Nimr yang dituduh terlibat aksi terorisme.
Sejak kedua negara berseteru, Indonesia telah menawarkan diri untuk mendamaikannya. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, bahkan mengirim surat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk Raja Saudi; Salman bin Abdulaziz dan Presiden Iran, Hassan Rouhani, terkait tawaran untuk mediasi.
Setelah Indonesia, Pakistan juga menawarkan diri untuk menengahi konflik kedua negara tersebut. Namun, sejauh ini baik Iran maupun Saudi belum ada tanda-tanda untuk bermediasi.
(mas)