MER-C: Warga Palestina Gratis Berobat di RSI
A
A
A
JAKARTA - Presdir Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), sekaligus anggota tim pengadaan alat Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, dr. Arif Rahman memastikan bahwa setiap warga Palestina, khususnya Gaza yang berobat atau dirawat di RSI, tidak dipungut biaya apapun. Ini sejalan dengan kebijakan yang diamini oleh Kementerian Kesehatan Gaza.
"Kementerian Kesehatan Gaza memang menggratiskan pengobatan untuk warganya," kata Arief saat menggelar jumpa wartawan di kantor MER-C di bilangan Senen, Jakarta, Kemarin.
Dirinya menuturkan, pemerintah Gaza memang sudah mengganggarkan sejumlah anggaran untuk biaya pengobatan warganya. Bagi pekerja pemerintah ada asuransi khusus, dimana mereka berserta keluarganya bisa berobat grastis ke seluruh rumah sakit di Gaza, termasuk di RSI. "Sedangkan untuk warga non pegawai negeri, biaya kesehatannya di tanggung oleh pemerintah," ucapnya.
Sementara itu, terkait pekerja kesehatan di RSI, baik dokter atau perawat, Arif menuturkan hampir semuanya adalah warga asli Gaza. Tapi, memang ada beberapa dokter yang sengaja di datangkan dari Indonesia, untuk mengajarkan dokter di Gaza bagaimana cara mengoperasikan beberapa alat yang sebelumnya memang belum pernah ada di Gaza.
"Di Gaza banyak sekali dokter, di sini ada fakultas kedokteran. Tapi, sayangnya banyak dari mereka yang tidak mengembangkan kemampuan mereka, ada sejumlah dokter yang dokumennya hilang sehingga tidak bisa pergi keluar Gaza, sebagian lainnya tidak memiliki dana untuk belajar keluar. Oleh karena itu, kita juga mendatangkan sejumlah dokter dari Indonesia," sambungnya.
RSI sendiri resmi beroperasi pada tanggal 24 Desember lalu. Rumah sakit yang dibangun atas sumbangan masyarakat Indonesia ini memiliki sekitar 90 unit kamar, 17 unit emergency, dan 10 ruang ICU.
"Kementerian Kesehatan Gaza memang menggratiskan pengobatan untuk warganya," kata Arief saat menggelar jumpa wartawan di kantor MER-C di bilangan Senen, Jakarta, Kemarin.
Dirinya menuturkan, pemerintah Gaza memang sudah mengganggarkan sejumlah anggaran untuk biaya pengobatan warganya. Bagi pekerja pemerintah ada asuransi khusus, dimana mereka berserta keluarganya bisa berobat grastis ke seluruh rumah sakit di Gaza, termasuk di RSI. "Sedangkan untuk warga non pegawai negeri, biaya kesehatannya di tanggung oleh pemerintah," ucapnya.
Sementara itu, terkait pekerja kesehatan di RSI, baik dokter atau perawat, Arif menuturkan hampir semuanya adalah warga asli Gaza. Tapi, memang ada beberapa dokter yang sengaja di datangkan dari Indonesia, untuk mengajarkan dokter di Gaza bagaimana cara mengoperasikan beberapa alat yang sebelumnya memang belum pernah ada di Gaza.
"Di Gaza banyak sekali dokter, di sini ada fakultas kedokteran. Tapi, sayangnya banyak dari mereka yang tidak mengembangkan kemampuan mereka, ada sejumlah dokter yang dokumennya hilang sehingga tidak bisa pergi keluar Gaza, sebagian lainnya tidak memiliki dana untuk belajar keluar. Oleh karena itu, kita juga mendatangkan sejumlah dokter dari Indonesia," sambungnya.
RSI sendiri resmi beroperasi pada tanggal 24 Desember lalu. Rumah sakit yang dibangun atas sumbangan masyarakat Indonesia ini memiliki sekitar 90 unit kamar, 17 unit emergency, dan 10 ruang ICU.
(esn)