Soal Koalisi Negara Islam, Rusia Enggan Berkomentar Banyak
A
A
A
MOSKOW - Rusia menuturkan enggan memberikan komentar terlalu banyak terlebih dahulu mengenai koalisi negara Islam melawan ISIS. Koalisi itu berisikan 34 negara, dan dipimpin oleh Arab Saudi.
Juru bicara Kremlin, Dimitry Peskov menyatakan pihaknya akan terlebih dahulu menganalisis koalisi ini sebelum berkomentar lebih banyak. Namun, dirinya juga menilai bahwa pembentukan koalisi baru ini adalah sebuah langkah politik.
"Ini akan memakan waktu untuk menganalisis keputusan ini. Kami tidak memiliki informasi rinci pada saat ini. Kita perlu melihat siapa yang masuk koalisi, apa tujuan umum dinyatakan dan dengan cara apa mereka melawan terorisme," kata Peksov.
"Secara hipotesis berbicara, setiap langkah untuk ditampilkan dalam perjuangan dengan manifestasi yang berbeda dari ekstremisme adalah positif, tapi kita harus tahu secara spesifik sebelum membuat komentar," sambungnya, seperti dilansir Itar-tass pada Selasa (15/12).
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengumumkan pembentukan “koalisi militer Islam” untuk memerangi terorisme. Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, mengatakan, Koalisi Islam dibentuk untuk membersihkan nama Islam yang dikotori kelompok esktremis.
Secara lengkap negara-negara “koalisi Islam” itu adalah, Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo, Tunisia, Djibouti, Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Republik Federal Islam Komoro, Qatar, Cote d'Ivoire, Kuwait, Libanon, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria dan Yaman.
Juru bicara Kremlin, Dimitry Peskov menyatakan pihaknya akan terlebih dahulu menganalisis koalisi ini sebelum berkomentar lebih banyak. Namun, dirinya juga menilai bahwa pembentukan koalisi baru ini adalah sebuah langkah politik.
"Ini akan memakan waktu untuk menganalisis keputusan ini. Kami tidak memiliki informasi rinci pada saat ini. Kita perlu melihat siapa yang masuk koalisi, apa tujuan umum dinyatakan dan dengan cara apa mereka melawan terorisme," kata Peksov.
"Secara hipotesis berbicara, setiap langkah untuk ditampilkan dalam perjuangan dengan manifestasi yang berbeda dari ekstremisme adalah positif, tapi kita harus tahu secara spesifik sebelum membuat komentar," sambungnya, seperti dilansir Itar-tass pada Selasa (15/12).
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengumumkan pembentukan “koalisi militer Islam” untuk memerangi terorisme. Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, mengatakan, Koalisi Islam dibentuk untuk membersihkan nama Islam yang dikotori kelompok esktremis.
Secara lengkap negara-negara “koalisi Islam” itu adalah, Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo, Tunisia, Djibouti, Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Republik Federal Islam Komoro, Qatar, Cote d'Ivoire, Kuwait, Libanon, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria dan Yaman.
(esn)