Banyak Orang Ingin Jadi Pemilik 3 Pesawat Misterius di Kuala Lumpur
A
A
A
KUALA LUMPUR - Setelah tiga pesawat Boeing 747-200F ditinggal pemiliknya secara misterius di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), kini pihak Malaysia Airport Holdings Bhd (MAHB) dihubungi banyak orang yang berminat menjadi pemilik tiga pesawat itu.
MAHB mengatakan, para peminat itu bermunculan sejak otoritas bandara memasang iklan di surat kabar Malaysia, yang isinya pemberitahuan agar pemilik mengambil tiga pesawat itu dalam waktu 14 hari. Jika dalam waktu yang ditetapkan pesawat tidak ambil, maka akan dijual pihak bandara.
(Baca: Bandara Kuala Lumpur Bingung Ada 3 Pesawat Ditinggal Pemiliknya)
Pesawat-pesawat misterius itu ternyata telah diparkir di KLIA sejak tahun 2010. Dalam pernyataan terbarunya, General Manager Bandara Sepang Malaysia, Zainol Mohd Isa, yang mengelola KLIA, mengatakan bahwa pihaknya ingin memverifikasi setiap klaim yang dibuat terhadap pesawat dengan otoritas yang relevan.
“Sejauh ini, kita belum mampu melakukannya untuk kepuasan kami. Dengan demikian, kami mendesak pemilik yang sah untuk memberikan kami informasi yang diperlukan untuk keperluan verifikasi,” katanya dalam sebuah pernyataan, Sabtu (12/12/2015), seperti dikutip The Star.
Dia mengatakan, transfer terakhir kepemilikan untuk tiga pesawat itu adalah untuk sebuah perusahaan yang berbasis di China bernama Shaanxi Sunshine Cargo. Namun, perusahaan itu tampaknya juga sudah berhenti beroperasi.
Pesawat-pesawat yang diparkir di KLIA sejak pertengahan 2010 lalu pemiliknya atas nama Air Atlanta Icelandic. Namun, tanggungjawab kepemilikan telah diberikan kepada Shaanxi Sunshine Cargo.
”Bandara Malaysia telah berkomunikasi dengan Shaanxi Sunshine Cargo untuk tujuan penyelesaian biaya parkir dan relokasi pesawat sampai September 2013,” katanya. ”Tak ada komunikasi lebih lanjut dari tanggal ini dan pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa Shaanxi Sunshine Cargo telah menghentikan operasinya,” katanya lagi.
Isa tidak menyebutkan SWIFT Air Cargo sebagai salah satu pihak yang mengklaim pemilik tiga pesawat itu. CEO SWIFT Air Cargo, Blue Peterson berbicara kepada The Star, Jumat kemarin bahwa perusahaannya telah menjadi pemilik tiga pesawat itu sejak 8 Juni 2015, tetapi aksesnya telah ditolak oleh MAHB.
MAHB mengatakan, para peminat itu bermunculan sejak otoritas bandara memasang iklan di surat kabar Malaysia, yang isinya pemberitahuan agar pemilik mengambil tiga pesawat itu dalam waktu 14 hari. Jika dalam waktu yang ditetapkan pesawat tidak ambil, maka akan dijual pihak bandara.
(Baca: Bandara Kuala Lumpur Bingung Ada 3 Pesawat Ditinggal Pemiliknya)
Pesawat-pesawat misterius itu ternyata telah diparkir di KLIA sejak tahun 2010. Dalam pernyataan terbarunya, General Manager Bandara Sepang Malaysia, Zainol Mohd Isa, yang mengelola KLIA, mengatakan bahwa pihaknya ingin memverifikasi setiap klaim yang dibuat terhadap pesawat dengan otoritas yang relevan.
“Sejauh ini, kita belum mampu melakukannya untuk kepuasan kami. Dengan demikian, kami mendesak pemilik yang sah untuk memberikan kami informasi yang diperlukan untuk keperluan verifikasi,” katanya dalam sebuah pernyataan, Sabtu (12/12/2015), seperti dikutip The Star.
Dia mengatakan, transfer terakhir kepemilikan untuk tiga pesawat itu adalah untuk sebuah perusahaan yang berbasis di China bernama Shaanxi Sunshine Cargo. Namun, perusahaan itu tampaknya juga sudah berhenti beroperasi.
Pesawat-pesawat yang diparkir di KLIA sejak pertengahan 2010 lalu pemiliknya atas nama Air Atlanta Icelandic. Namun, tanggungjawab kepemilikan telah diberikan kepada Shaanxi Sunshine Cargo.
”Bandara Malaysia telah berkomunikasi dengan Shaanxi Sunshine Cargo untuk tujuan penyelesaian biaya parkir dan relokasi pesawat sampai September 2013,” katanya. ”Tak ada komunikasi lebih lanjut dari tanggal ini dan pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa Shaanxi Sunshine Cargo telah menghentikan operasinya,” katanya lagi.
Isa tidak menyebutkan SWIFT Air Cargo sebagai salah satu pihak yang mengklaim pemilik tiga pesawat itu. CEO SWIFT Air Cargo, Blue Peterson berbicara kepada The Star, Jumat kemarin bahwa perusahaannya telah menjadi pemilik tiga pesawat itu sejak 8 Juni 2015, tetapi aksesnya telah ditolak oleh MAHB.
(mas)