Konflik Laut China Selatan, Sikap Presiden Xi Lembut tapi Tegas
A
A
A
SINGAPURA - Presiden China, Xi Jinping, pada Sabtu (7/11/2015) angkat bicara soal sikapnya dalam menyikapi konflik Laut China Selatan. Presiden Xi memilih cara lembut untuk penyelesaian konflik namun tegas jika untuk melindungi kedaualatan dan hak maritim China.
Ketika berbicara di Universitas Nasional Singapura, Xi Jinping mengatakan, sengketa wilayah di Laut China Selatan harus diselesaikan secara damai, yakni melalui perundingan.
Kawasan maritim yang kayak energi itu jadi sengketa antara China dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Brunei. China mengklaim hampir 90 pesen kawasan maritim itu berdasarkan peta kuno yang mereka miliki. Namun, negara-negara lain yang bersengketa menolak klaim itu.
Ketegangan semakin memanas ketika Amerika Serikat (AS) ikut campur untuk menentang klaim China. AS setidaknya telah mengirim kapal perang USS Lassen untuk bermanuver di wilayah yang berjarak 12 mil laut dari pulau buatan China di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan.
AS berdalih, kawasan Laut China Selatan merupakan kawasan internasional, sehingga pesawat dan kapal AS berhak bernavigasi setiap saat. Namun, China menilai manuver kapal perang AS itu sebagai provokasi dengan dalih kebebasan navigasi.
”Untuk menjaga kedaulatan dan hak maritim, itu wajar dan tanggung jawab Pemerintah China yang harus ditempuh,” kata Presiden Xi, seperti dikutip Reuters.
”Hak berlayar atau terbang tidak jadi masalah dan tidak akan menjadi masalah, karena China membutuhkan kebebasan di Laut China Selatan,” lanjut dia.
”Meskipun beberapa pulau, di mana China memiliki kedaulatan telah diduduki oleh orang lain, China telah selalu berkomitmen untuk memecahkan masalah itu dengan negosiasi damai,” imbuh Xi. ”China berkomitmen untuk bekerja dengan negara-negara itu secara langsung untuk memecahkan masalah sengketa atas dasar penghormatan fakta-fakta sejarah, menurut hukum internasional dan melalui diskusi serta negosiasi.”
Xi menegaskan bahwa China memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas kawasan Laut China Selatan.
Ketika berbicara di Universitas Nasional Singapura, Xi Jinping mengatakan, sengketa wilayah di Laut China Selatan harus diselesaikan secara damai, yakni melalui perundingan.
Kawasan maritim yang kayak energi itu jadi sengketa antara China dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Brunei. China mengklaim hampir 90 pesen kawasan maritim itu berdasarkan peta kuno yang mereka miliki. Namun, negara-negara lain yang bersengketa menolak klaim itu.
Ketegangan semakin memanas ketika Amerika Serikat (AS) ikut campur untuk menentang klaim China. AS setidaknya telah mengirim kapal perang USS Lassen untuk bermanuver di wilayah yang berjarak 12 mil laut dari pulau buatan China di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan.
AS berdalih, kawasan Laut China Selatan merupakan kawasan internasional, sehingga pesawat dan kapal AS berhak bernavigasi setiap saat. Namun, China menilai manuver kapal perang AS itu sebagai provokasi dengan dalih kebebasan navigasi.
”Untuk menjaga kedaulatan dan hak maritim, itu wajar dan tanggung jawab Pemerintah China yang harus ditempuh,” kata Presiden Xi, seperti dikutip Reuters.
”Hak berlayar atau terbang tidak jadi masalah dan tidak akan menjadi masalah, karena China membutuhkan kebebasan di Laut China Selatan,” lanjut dia.
”Meskipun beberapa pulau, di mana China memiliki kedaulatan telah diduduki oleh orang lain, China telah selalu berkomitmen untuk memecahkan masalah itu dengan negosiasi damai,” imbuh Xi. ”China berkomitmen untuk bekerja dengan negara-negara itu secara langsung untuk memecahkan masalah sengketa atas dasar penghormatan fakta-fakta sejarah, menurut hukum internasional dan melalui diskusi serta negosiasi.”
Xi menegaskan bahwa China memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas kawasan Laut China Selatan.
(mas)