Informasi Penculikan WNI di Saudi Masih Simpang Siur
A
A
A
JAKARTA - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanantha mengaku masih belum mendapatkan informasi terbaru mengenai Suparto bin Rais Cuniran, warga negara Indonesia (WNI) yang diculik di Riyadh bulan lalu. Sejauh ini, menurut Arrmanantha, belum ada informasi yang kredibel mengenai insiden ini.
"Belum ada informasi yang kredibel, tapi sudah ada koordinasi dari KBRI. Sudah ditugaskan lawyer dan bekerjasama dengan pihak keamanan setempat," kata Arrmanantha kepada wartawan pada Selasa (20/10).
Pernyataan diplomat yang kerap disapa Tata itu diperkuat oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi. Dirinya mengatakan, informasi yang diterima saat ini masih simpang siur.
"Informasinya masih simpang siur. Oleh karena itu sejak awal kita mendapatkan informasi tersebut, sudah ada tim yang ditunjuk KBRI. Kami sudah tugaskan lawyer untuk bergerak dan langsung berkoordinasi dengan otoritas di Saudi," ucap Retno.
Seperti diketahui Suparto bin Rais Cuniran yang bekerja sebagai supir di Riyadh dilaporkan diculik oleh seorang WNI lainnya di Riyadh bernama Abdul Rahman. Ia diculik oleh tiga orang yang tidak dikenal pada 18 September lalu di Riyadh.
"Belum ada informasi yang kredibel, tapi sudah ada koordinasi dari KBRI. Sudah ditugaskan lawyer dan bekerjasama dengan pihak keamanan setempat," kata Arrmanantha kepada wartawan pada Selasa (20/10).
Pernyataan diplomat yang kerap disapa Tata itu diperkuat oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi. Dirinya mengatakan, informasi yang diterima saat ini masih simpang siur.
"Informasinya masih simpang siur. Oleh karena itu sejak awal kita mendapatkan informasi tersebut, sudah ada tim yang ditunjuk KBRI. Kami sudah tugaskan lawyer untuk bergerak dan langsung berkoordinasi dengan otoritas di Saudi," ucap Retno.
Seperti diketahui Suparto bin Rais Cuniran yang bekerja sebagai supir di Riyadh dilaporkan diculik oleh seorang WNI lainnya di Riyadh bernama Abdul Rahman. Ia diculik oleh tiga orang yang tidak dikenal pada 18 September lalu di Riyadh.
(esn)