Massa Pro dan Kontra Pembangunan Masjid di Australia Saling Berhadapan
A
A
A
BENDIGO - Rencana pembangunan masjid di sebuah kota kecil di Australia menimbulkan pro dan kontra di kalangan warga negeri Kanguru. Akibatnya, pada Sabtu (10/10), ratusan orang pendukung dan penentang pembangunan masjid di Kota Bendigo, negara bagian Victoria, saling berhadapan.
Kepolisian Australia menerjunkan ratusan anggotanya untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang melibatkan ratusan orang itu. Hasilnya, lebih dari 420 polisi dan personel keamanan yang diturunkan berhasil mencegah terjadinya bentrok antara massa dari sayap kanan dan sayap kiri itu.
Inspektur Polisi Victoria, Mick West mengaku "cukup senang" dengan perilaku kedua kelompok. Menurutnya, hanya ada gangguan kecil dalam aksi demo tersebut. Sebelumnya, aksi demo serupa sempat terjadi pada 29 Agustus silam. Dalam demo terdahulu, sempat terjadi bentrokan antara kelompok sayap kiri dan sayap kanan.
Seperti dikutip dari news.com.au, sejatinya penduduk kota Bendigo tak mempermasalahkan pembangunan masjid di kota mereka. Warga Bendigo menolak kota mereka menjadi tempat bagi kelompok sayap kanan untuk melampiaskan sikap rasisme dan kebencian terhadap Islam.
Salah satu penggagas aksi demo sayap kanan, Stephen Jolly menyatakan, warga Bendigo muak dengan kaum rasis yang menjadikan kota mereka sebagai target. Ratusan demonstran sayap kiri yang menentang pembangunan masjid bukanlah penduduk Bendigo.
"Bendigo berada di bawah pengepungan dari kaum rasis dan tidak adil menjadikan Bendigo sebagai target protes,” ujar Jolly yang bersama kelompoknya mengusung tema ‘Tak Ada Ruang untuk Rasisme’ dalam demo kali ini.
Hal serupa diungkapkan Perdana Menteri negara bagian Victoria, Daniel Andrews. Menurutnya, banyak simpatisan sayap kanan dari United Patriots Front yang datang ke Bendigo untuk membangkitkan kebencian terhadap Islam.
“Banyak orang (yang datang berdemo di Bendigo) yang tidak tahu bagaimana mengeja nama Bendigo. Mereka datang untuk mencemari nama baik Bendigo," kata Andrews.
Kepolisian Australia menerjunkan ratusan anggotanya untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang melibatkan ratusan orang itu. Hasilnya, lebih dari 420 polisi dan personel keamanan yang diturunkan berhasil mencegah terjadinya bentrok antara massa dari sayap kanan dan sayap kiri itu.
Inspektur Polisi Victoria, Mick West mengaku "cukup senang" dengan perilaku kedua kelompok. Menurutnya, hanya ada gangguan kecil dalam aksi demo tersebut. Sebelumnya, aksi demo serupa sempat terjadi pada 29 Agustus silam. Dalam demo terdahulu, sempat terjadi bentrokan antara kelompok sayap kiri dan sayap kanan.
Seperti dikutip dari news.com.au, sejatinya penduduk kota Bendigo tak mempermasalahkan pembangunan masjid di kota mereka. Warga Bendigo menolak kota mereka menjadi tempat bagi kelompok sayap kanan untuk melampiaskan sikap rasisme dan kebencian terhadap Islam.
Salah satu penggagas aksi demo sayap kanan, Stephen Jolly menyatakan, warga Bendigo muak dengan kaum rasis yang menjadikan kota mereka sebagai target. Ratusan demonstran sayap kiri yang menentang pembangunan masjid bukanlah penduduk Bendigo.
"Bendigo berada di bawah pengepungan dari kaum rasis dan tidak adil menjadikan Bendigo sebagai target protes,” ujar Jolly yang bersama kelompoknya mengusung tema ‘Tak Ada Ruang untuk Rasisme’ dalam demo kali ini.
Hal serupa diungkapkan Perdana Menteri negara bagian Victoria, Daniel Andrews. Menurutnya, banyak simpatisan sayap kanan dari United Patriots Front yang datang ke Bendigo untuk membangkitkan kebencian terhadap Islam.
“Banyak orang (yang datang berdemo di Bendigo) yang tidak tahu bagaimana mengeja nama Bendigo. Mereka datang untuk mencemari nama baik Bendigo," kata Andrews.
(esn)