Gemar Eksekusi, Rezim Kim Jong-un Disebut Tinggal Menghitung Hari
A
A
A
SEOUL - Seorang pembelot Korea Utara (Korut) yang telah diberikan suaka di Korea Selatan (Korsel) mengatakan, rezim Kim Jong-un adalah kehilangan dukungan dari partainya sendiri. Pembelot itu menyebut kekuasaan Kim Jong-un tinggal menghitung hari karena rezim tersebut gemar mengeksekusi para pejabat Korut.
Kim Jong-un resmi berkuasa pada Maret 2012 setelah ayahnya, Kim Jong-il meninggal pada 2011. Pada awalnya, Kim Jong-un memberikan “hadiah” kepada orang-orang di Korut dan kepercayaan bahwa kehidupan mereka akan berubah. Tapi, menurut pembelot itu harapan itu berumur pendek.
“(Kim Jong-un) mencoba yang terbaik (untuk memberikan orang-orang kehidupan yang lebih baik),” kata pembelot Korut kepada CNN yang minta identitasnya dirahasiakan karena keluarganya di Korut bisa terancam.
Menurutnya, diktator Korut sebelumnya, Kim Il-sung dan Kim Jong-il memerintah negara itu dengan tangan besi, tetapi selalu mengurus dengan baik lingkaran di dalamnya. Sedangkan Kim Jong-un diduga tidak melakukannya.
Pembelot ini mencontohkan, pada 2013, Jang Song-thaek, orang paling berkuasa nomor dua di Partai Buruh diusir dari partai dan dieksekusi atas tuduhan melakukan kejahatan dan menghambat urusan ekonomi bangsa. Padahal, Jang adalah paman Kim Jong-un.
Eksekusi itu telah menanamkan ketakutan dalam benak para pejabat kelas menengah atas di negara itu. ”Saya dapat memberitahu Anda dengan pasti bahwa (para pejabat) Korea Utara yang berada di kelas menengah ke atas tidak percaya dengan Kim Jong-un,” ujarnya, seperti dilansir IB Times, Selasa (8/9/2015).
“Saya berpikir untuk meninggalkan Korea Utara untuk waktu yang lama. Setelah melihat eksekusi Jang, saya berpikir, 'Saya perlu untuk bergegas dan meninggalkan neraka di bumi ini’. Itu sebabnya saya membelot, “ ujarnya. ”Mereka takut, takut itu tumbuh lebih intens setiap hari .”
Sementara itu, seorang peneliti di Institut Studi Perdamaian dan Unifikasi di Universitas Nasional Seoul, Chang Yong-seok, mengatakan pembersihan tokoh-tokoh di lingkaran diktator Korut telah menambah kepercayaan diri pada sosok Kim Jong-un.
“Kim Jong-un menunjukkan kepercayaan diri. Hal ini menunjukkan bahwa Kim Jong-un mendapatkan kepercayaan dalam kekuasaannya. Masalahnya adalah dengan masa depan. Berapa banyak kepercayaan Kim Jong-un dapat diperoleh dari elite setelah ada pembersihan. Para elite bisa merasa cemas. Ada kemungkinan bahwa loyalitas dan dukungan mereka akan melemah,” ujar Chang yang sepaham dengan argumen pembelot Korut.
Chang, yang menyurvei para pembelot dari Korut, mengklaim bahwa eksekusi oleh rezim Kim Jong-un telah berpengaruh.”Eksekusi menunjukkan bahwa Kim merasa lebih stabil dilihat dari luar,” katanya. Namun, banyak pembelot mengatakan kepada Chang, bahwa mereka mengekspresikan pendapat yang berbeda. ”Diktator berada pada risiko kehilangan kepercayaan dan dukungan dari basis kekuasaannya,” ujar Chang.
Kim Jong-un resmi berkuasa pada Maret 2012 setelah ayahnya, Kim Jong-il meninggal pada 2011. Pada awalnya, Kim Jong-un memberikan “hadiah” kepada orang-orang di Korut dan kepercayaan bahwa kehidupan mereka akan berubah. Tapi, menurut pembelot itu harapan itu berumur pendek.
“(Kim Jong-un) mencoba yang terbaik (untuk memberikan orang-orang kehidupan yang lebih baik),” kata pembelot Korut kepada CNN yang minta identitasnya dirahasiakan karena keluarganya di Korut bisa terancam.
Menurutnya, diktator Korut sebelumnya, Kim Il-sung dan Kim Jong-il memerintah negara itu dengan tangan besi, tetapi selalu mengurus dengan baik lingkaran di dalamnya. Sedangkan Kim Jong-un diduga tidak melakukannya.
Pembelot ini mencontohkan, pada 2013, Jang Song-thaek, orang paling berkuasa nomor dua di Partai Buruh diusir dari partai dan dieksekusi atas tuduhan melakukan kejahatan dan menghambat urusan ekonomi bangsa. Padahal, Jang adalah paman Kim Jong-un.
Eksekusi itu telah menanamkan ketakutan dalam benak para pejabat kelas menengah atas di negara itu. ”Saya dapat memberitahu Anda dengan pasti bahwa (para pejabat) Korea Utara yang berada di kelas menengah ke atas tidak percaya dengan Kim Jong-un,” ujarnya, seperti dilansir IB Times, Selasa (8/9/2015).
“Saya berpikir untuk meninggalkan Korea Utara untuk waktu yang lama. Setelah melihat eksekusi Jang, saya berpikir, 'Saya perlu untuk bergegas dan meninggalkan neraka di bumi ini’. Itu sebabnya saya membelot, “ ujarnya. ”Mereka takut, takut itu tumbuh lebih intens setiap hari .”
Sementara itu, seorang peneliti di Institut Studi Perdamaian dan Unifikasi di Universitas Nasional Seoul, Chang Yong-seok, mengatakan pembersihan tokoh-tokoh di lingkaran diktator Korut telah menambah kepercayaan diri pada sosok Kim Jong-un.
“Kim Jong-un menunjukkan kepercayaan diri. Hal ini menunjukkan bahwa Kim Jong-un mendapatkan kepercayaan dalam kekuasaannya. Masalahnya adalah dengan masa depan. Berapa banyak kepercayaan Kim Jong-un dapat diperoleh dari elite setelah ada pembersihan. Para elite bisa merasa cemas. Ada kemungkinan bahwa loyalitas dan dukungan mereka akan melemah,” ujar Chang yang sepaham dengan argumen pembelot Korut.
Chang, yang menyurvei para pembelot dari Korut, mengklaim bahwa eksekusi oleh rezim Kim Jong-un telah berpengaruh.”Eksekusi menunjukkan bahwa Kim merasa lebih stabil dilihat dari luar,” katanya. Namun, banyak pembelot mengatakan kepada Chang, bahwa mereka mengekspresikan pendapat yang berbeda. ”Diktator berada pada risiko kehilangan kepercayaan dan dukungan dari basis kekuasaannya,” ujar Chang.
(mas)