Ukraina: Eropa Siap Hadapi Rusia

KIEV - Ukraina menyatakan, para pemimpin Jerman dan Prancis telah sepakat untuk mengambil langkah guna melawan Rusia yang mendukung kelompok pemberontak pro-Moskow, terkait sengketa pemilu yang berujung pada konflik bersenjata di negara pecahan Uni Soviet itu.

Pembantu Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande setuju untuk melakukan pembicaraan trilateral di Berlin, Jerman, pada pekan depan untuk memberikan batasan terhadap ruang gerak Rusia dalam konflik di Ukraina. Jika Rusia melanggarnya, Uni Eropa siap mengambil tindakan.

"Para pemimpin Eropa sepakat untuk membuat batasan yang jika Rusia melanggarnya akan mendapat respon dari Uni Eropa," ujar Wakil Kepala Administrasi Kostyantyn Yeliseyev seperti dilansir AFP, Rabu (26/8/2015).

"Salah satu batasan yang dibuat adalah mengenai pemilu palsu yang akan dilakukan oleh kelompok pemberontak di Donetsk dan Luganski, dua wilayah yang dikuasasi kelompok pemberontak, pada 18 Oktober dan 1 November,

"Rusia harus meminta kepada kelompok loyalisnya untuk membatalkan pemilu tersebut. Jika bersikukuh, mereka tidak akan diakui dan akan menimbulkan ancaman serius bagi kedamaian," tuturnya.

Sebelumnya, Presiden Prancis dan Kanselir Jerman telah berinisiatif untuk membantu negosiasi perdamaian di ibukota Belarusia, Minsk, pada bulan Februari lalu. Namun perjanjian luluh lantak setelah kedua belah pihak kembali terlibat pertempuran.

Kekerasan di negara itu terus terjadi dan memakan korban hampir 6.900 jiwa sejak pusat industri di Ukraina timur diserbu oleh pemberontak pro-Kremlin. Pihak Ukraina menuding, militer Rusia juga ambil bagian dalam penyerbuan itu.

Meski begitu, baik Hollande maupun Merkel melihat bahwa kesepakatan Minsk adalah satu-satunya solusi untuk konflik yang telah menghancurkan hubungan Moskow dengan negara-negara barat itu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Rusia akan menginvasi Ukraina.