Ritual Perkosaan Senior ke Junior Guncang Sekolah Menlu AS
A
A
A
NEW HAMPSHIRE - Kasus ritual perkosaan pelajar senior pria terhadap pelajar junior perempuan sebelum acara kelulusan mengguncang Sekolah St Paulus, di Concord, Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan sejumlah tokoh politik AS tercatat sebagai alumni sekolah elite yang didirikan tahun 1856 itu.
Kasus itu telah memasuki sidang di pengadilan kemarin. Mantan pelajar di sekolah itu, Owen Labrie, 19, telah didakwa dengan beberapa tuduhan perkosaan yang terjadi sejak Mei 2014. Sejumlah saksi telah dihadirkan dalam sidang tersebut.
Korban yang saat kejadian berlangsung masih berusia 15 tahun mengatakan, insiden memalukan di sekolah itu terjadi ketika Labrie mengundang dirinya, sebagai tradisi “hormat pada senior” merupakan tradisi warisan lama, di mana pelajar senior yang hendak lulus harus melakukan hubungan badan dengan pelajar yunior perempuan.
”Saya pikir saya mungkin bisa melihat tempat yang sejuk, dan mungkin kita akan mencium, tapi itu semua (terjadi),” kata korban yang kini berusia 16 tahun, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/8/2015). “Saya merasa kotor, saya merasa dilanggar,” katanya lagi.
Labrie membawa korban ke atap gedung terpencil dan kemudian menuju ke sebuah ke ruang mekanik bawah. Di lokasi itulah, ritual asusila pelajar senior pada yunior terjadi.
Korban yang memberikan keterangan kepada jaksa Catherine Ruffle, telah meminta agar Labrie berhenti melakukan tindakan asusila terhadapnya. Korban yang identitasnya dilindungi pengadilan itu menangis mengenang kejadian itu.
”Saya tidak mengatakan apa-apa," katanya. ”Saya berpikir, ‘aduh, saya sakit’, tapi saya tidak bisa memikirkan hal lain. Saya merasa seperti dalam kondisi kaku,” lanjut korban.
Setelah kejadian, Labrie rutin bertukar e-mail dengan korban. Hal itu sebagai cara untuk membungkam korban agar tidak buka mulut atas ritual asusila tersebut.
Kasus itu telah memasuki sidang di pengadilan kemarin. Mantan pelajar di sekolah itu, Owen Labrie, 19, telah didakwa dengan beberapa tuduhan perkosaan yang terjadi sejak Mei 2014. Sejumlah saksi telah dihadirkan dalam sidang tersebut.
Korban yang saat kejadian berlangsung masih berusia 15 tahun mengatakan, insiden memalukan di sekolah itu terjadi ketika Labrie mengundang dirinya, sebagai tradisi “hormat pada senior” merupakan tradisi warisan lama, di mana pelajar senior yang hendak lulus harus melakukan hubungan badan dengan pelajar yunior perempuan.
”Saya pikir saya mungkin bisa melihat tempat yang sejuk, dan mungkin kita akan mencium, tapi itu semua (terjadi),” kata korban yang kini berusia 16 tahun, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/8/2015). “Saya merasa kotor, saya merasa dilanggar,” katanya lagi.
Labrie membawa korban ke atap gedung terpencil dan kemudian menuju ke sebuah ke ruang mekanik bawah. Di lokasi itulah, ritual asusila pelajar senior pada yunior terjadi.
Korban yang memberikan keterangan kepada jaksa Catherine Ruffle, telah meminta agar Labrie berhenti melakukan tindakan asusila terhadapnya. Korban yang identitasnya dilindungi pengadilan itu menangis mengenang kejadian itu.
”Saya tidak mengatakan apa-apa," katanya. ”Saya berpikir, ‘aduh, saya sakit’, tapi saya tidak bisa memikirkan hal lain. Saya merasa seperti dalam kondisi kaku,” lanjut korban.
Setelah kejadian, Labrie rutin bertukar e-mail dengan korban. Hal itu sebagai cara untuk membungkam korban agar tidak buka mulut atas ritual asusila tersebut.
(mas)