PM Inggris Gelar Dialog dengan Tokoh Islam Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Salah satu agenda kunjungan Perdana Menteri Inggris David Cameron ke Indonesia adalah belajar bagaimana mengatasi ekstremisme dan radikalisme. Untuk belajar mengenai hal itu, Cameron melakukan dialog dengan beberapa tokoh Islam Indonesia.
Dialog yang digelar di Masjid Sunda Kelapa itu dihadiri oleh Ketua Komunitas Masjid Aksa Mahmud, Alwi Shihab, Ketua Muhammdiyah Din Syamsudin, Ketua Institut Wahid, yang merupakan anak dari Gus Dur, Yeni Wahid, dan beberapa tokoh pemuda Muslim Indonesia.
"PM Cameron ingin belajar dari pengalaman Indonesia ini dalam menghadapi tantangan dan ancaman radikalisme yang menggunakan kekerasan," kata Din Syamdudin paska melakukan pertemuan dengan Cameron pada Selasa (28/7/2015).
Sama seperti yang diutarakan oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik beberapa waktu lalu, Din menyebut bahwa alasan Inggris ingin belajar dari Indonesia, karena mereka menilai Indonesia cukup berhasil menghalau ekstrimisme dan radikalisme.
"Indonesia dinilai relatif berhasil untuk menghadapi tantangan tersebut, paling tidak terindikasi dari pendukung ISIS yang ada di Suriah, hanya beberapa ratus dari Indonesia. Bandingkan dengan warga Inggris yang sampai 5.000. Sedangkan kita yang 2 juta muslim hanya 500," sambungnya.
"Kami sharing saja secara spontan faktor-faktor yang terjadi di Indonesia. Mereka ingin belajar bagaimana indonesia bisa menghalanginya, bisa menanganinya," lanjutnya.
Din mengaku cukup bangga dan sedikit tersanjung dengan anggapan bahwa Indonesia sudah cukup berhasil menghalau ekstremisme. "Inilah pesan saya terakhir yang perlu kita kembangkan bersama watak Islam Indonesia yang rukun damai santun berpegang dengan watak Islam sebagai Agama rahmatan lil al amin," imbuhnya.
Dialog yang digelar di Masjid Sunda Kelapa itu dihadiri oleh Ketua Komunitas Masjid Aksa Mahmud, Alwi Shihab, Ketua Muhammdiyah Din Syamsudin, Ketua Institut Wahid, yang merupakan anak dari Gus Dur, Yeni Wahid, dan beberapa tokoh pemuda Muslim Indonesia.
"PM Cameron ingin belajar dari pengalaman Indonesia ini dalam menghadapi tantangan dan ancaman radikalisme yang menggunakan kekerasan," kata Din Syamdudin paska melakukan pertemuan dengan Cameron pada Selasa (28/7/2015).
Sama seperti yang diutarakan oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik beberapa waktu lalu, Din menyebut bahwa alasan Inggris ingin belajar dari Indonesia, karena mereka menilai Indonesia cukup berhasil menghalau ekstrimisme dan radikalisme.
"Indonesia dinilai relatif berhasil untuk menghadapi tantangan tersebut, paling tidak terindikasi dari pendukung ISIS yang ada di Suriah, hanya beberapa ratus dari Indonesia. Bandingkan dengan warga Inggris yang sampai 5.000. Sedangkan kita yang 2 juta muslim hanya 500," sambungnya.
"Kami sharing saja secara spontan faktor-faktor yang terjadi di Indonesia. Mereka ingin belajar bagaimana indonesia bisa menghalanginya, bisa menanganinya," lanjutnya.
Din mengaku cukup bangga dan sedikit tersanjung dengan anggapan bahwa Indonesia sudah cukup berhasil menghalau ekstremisme. "Inilah pesan saya terakhir yang perlu kita kembangkan bersama watak Islam Indonesia yang rukun damai santun berpegang dengan watak Islam sebagai Agama rahmatan lil al amin," imbuhnya.
(esn)