Obama Frustasi Senjata di AS Kurang Terkontrol
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengungkapkan rasa frutasinya karena keberadaan senjata di AS kurang terkontrol.
Komentar Obama itu muncul beberapa jam sebelum pria bersenjata mengumbar tembakan di sebuah bioskop di Louisiana yang menewaskan dua orang sebelum dia bunuh diri. (Baca: Penembakan di Bioskop AS, 3 Orang Tewas)
Dalam wawancara dengan BBC, Obama mengatakan bahwa masalah sejata ini membut dia merasa sebagai orang "paling frustasi dan paling terhalang" oleh adalah ketidakmampuan legislator untuk membuat undang-undang dalam membatasi akses persenjataan.
Obama mengakui selama menjabat Presiden AS, pembantaian dengan senjata terus terjadi berulang-ulang.“Satu bangsa maju di bumi, di mana kita tidak memiliki hal yang cukup masuk akal, yakni undang-undang senjata dan keselamatan,” katanya, yang dilansir Jumat (24/7/2015).
Obama lantas membandingkan korban jiwa di AS sejak serangan 9/11 dengan korban pembantaian dengan senjata. ”Jika Anda melihat jumlah orang Amerika yang tewas oleh aksi terorisme sejak serangan 9/11, itu kurang dari 100 (jiwa). Jika Anda melihat jumlah yang telah dibunuh oleh kekerasan senjata, itu puluhan ribu,” ucapnya.
”Dan bagi kita untuk tidak bisa menyelesaikan masalah adalah hal yang menyedihkan. Tapi itu bukan sesuatu yang membuat saya berniat untuk berhenti bekerja dalam sisa (jabatan presiden) 18 bulan,” imbuh Obama.
Di bawah Konstitusi AS, setiap orang di AS berhak untuk menjaga diri dengan memiliki senjata. Namun, kebijakan itu telah jadi bumerang, di mana serangan bersenjata oleh warga sipil di AS marak selama bertahun-tahun.
Komentar Obama itu muncul beberapa jam sebelum pria bersenjata mengumbar tembakan di sebuah bioskop di Louisiana yang menewaskan dua orang sebelum dia bunuh diri. (Baca: Penembakan di Bioskop AS, 3 Orang Tewas)
Dalam wawancara dengan BBC, Obama mengatakan bahwa masalah sejata ini membut dia merasa sebagai orang "paling frustasi dan paling terhalang" oleh adalah ketidakmampuan legislator untuk membuat undang-undang dalam membatasi akses persenjataan.
Obama mengakui selama menjabat Presiden AS, pembantaian dengan senjata terus terjadi berulang-ulang.“Satu bangsa maju di bumi, di mana kita tidak memiliki hal yang cukup masuk akal, yakni undang-undang senjata dan keselamatan,” katanya, yang dilansir Jumat (24/7/2015).
Obama lantas membandingkan korban jiwa di AS sejak serangan 9/11 dengan korban pembantaian dengan senjata. ”Jika Anda melihat jumlah orang Amerika yang tewas oleh aksi terorisme sejak serangan 9/11, itu kurang dari 100 (jiwa). Jika Anda melihat jumlah yang telah dibunuh oleh kekerasan senjata, itu puluhan ribu,” ucapnya.
”Dan bagi kita untuk tidak bisa menyelesaikan masalah adalah hal yang menyedihkan. Tapi itu bukan sesuatu yang membuat saya berniat untuk berhenti bekerja dalam sisa (jabatan presiden) 18 bulan,” imbuh Obama.
Di bawah Konstitusi AS, setiap orang di AS berhak untuk menjaga diri dengan memiliki senjata. Namun, kebijakan itu telah jadi bumerang, di mana serangan bersenjata oleh warga sipil di AS marak selama bertahun-tahun.
(mas)