Kisah Pelajar Indonesia Berpuasa di Suriah
A
A
A
DAMASCUS - Mungkin kita yang berada di Indonesi bisa berpuasa dengan bebas dan tenang. Tapi, bagaimana dengan nasib para Warga Negara Indonesia (WNI) yang sedang menjalankan ibadah puasa di wilayah konflik, seperti Suriah.
Beberapa pelajar Indonesia di Suriah membeberkan cerita mereka kala menjalankan ibadah puasa Ramadan di negeri yang saat ini tengah dijerat perang tersebut. Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Suriah, Ahmad Fuadi Fauzi mengatakan, sebelum terjadi konflik, Suriah adalah tempat menyenangkan. Namun, saat ini Suriah menjadi tempat yang benar-benar mengerikan.
"Kalau dulu, setiap malam kami berkeliling ke masjid-masjid di Kota Damaskus," kata Fuadi dalam rilis yang diterima Sindonews dari Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu) pada Minggu (21/6/2015).
"Kadang mahasiswa berburu makanan berbuka yang enak-enak di masjid-masjid tertentu. Apalagi, orang Damaskus terkenal dermawan kepada para pelajar asing. Pulang tarawih kadang dikasih uang," sambungnya.
Namun, saat ini menurut Fuadi, suasana seperti itu sudah tidak bisa lagi ditemukan. Bahkan, menurutnya untuk pergi mencari makan saja saat ini, dia dan teman-temannya harus selalu waspada. Belum lagi mereka harus menjalani proses interogasi setiap bertemu dengan petugas keamanan Suriah.
Hal senada juga diutarakan oleh Ahsin Mahrus, mahasiswa pascasarjana di Universitas Kuftaro. Menurutnya, dahulu para pelajar sering berolaharga hingga larut malam, namun saat ini untuk keluar dari asrama pada malam hari saja rata-rata berpikir dua kali.
"Sebelum krisis, kita bebas bepergian jam berapapun dan kemanapun. Bahkan anak-anak bermain bola di lapangan hingga larut malam di musim panas ini. Tidak ada orang yang bertanya, siapa dan maksud kita apa. Kalau sekarang ngeri. Keluar malam, kita dicurigai. Ditanyai macam-macam oleh tentara di check point," ucapnya.
"Apalagi di saat kondisi sulit seperti ini banyak orang kepepet dan nekad melakukan tindakan kejahatan," sambungnya. Menurut Fuadi dan Ahsin, saat ini beberapa masjid yang biasa jadi langganan pelajar berburu makanan, sudah dikuasai. pemberontak, baik dari kelompok Free Syrian Army, ISIS, Jabhat al-Nushra atau pun kelompok lain.
Cerita itu sendiri terungkap ketika para pelajar Indonesia tersebut melakukan buka bersama dengan Duta Besar Indonesia untuk Suriah, Drs. Djoko Harjanto, MA di Kedutaan Besar Indonesia di Damaskus. Di Suriah yang saat ini tengah masuk musim panas, para pelajar Indonesia menjalani puasa selama kurang lebih 16 jam.
Beberapa pelajar Indonesia di Suriah membeberkan cerita mereka kala menjalankan ibadah puasa Ramadan di negeri yang saat ini tengah dijerat perang tersebut. Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Suriah, Ahmad Fuadi Fauzi mengatakan, sebelum terjadi konflik, Suriah adalah tempat menyenangkan. Namun, saat ini Suriah menjadi tempat yang benar-benar mengerikan.
"Kalau dulu, setiap malam kami berkeliling ke masjid-masjid di Kota Damaskus," kata Fuadi dalam rilis yang diterima Sindonews dari Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu) pada Minggu (21/6/2015).
"Kadang mahasiswa berburu makanan berbuka yang enak-enak di masjid-masjid tertentu. Apalagi, orang Damaskus terkenal dermawan kepada para pelajar asing. Pulang tarawih kadang dikasih uang," sambungnya.
Namun, saat ini menurut Fuadi, suasana seperti itu sudah tidak bisa lagi ditemukan. Bahkan, menurutnya untuk pergi mencari makan saja saat ini, dia dan teman-temannya harus selalu waspada. Belum lagi mereka harus menjalani proses interogasi setiap bertemu dengan petugas keamanan Suriah.
Hal senada juga diutarakan oleh Ahsin Mahrus, mahasiswa pascasarjana di Universitas Kuftaro. Menurutnya, dahulu para pelajar sering berolaharga hingga larut malam, namun saat ini untuk keluar dari asrama pada malam hari saja rata-rata berpikir dua kali.
"Sebelum krisis, kita bebas bepergian jam berapapun dan kemanapun. Bahkan anak-anak bermain bola di lapangan hingga larut malam di musim panas ini. Tidak ada orang yang bertanya, siapa dan maksud kita apa. Kalau sekarang ngeri. Keluar malam, kita dicurigai. Ditanyai macam-macam oleh tentara di check point," ucapnya.
"Apalagi di saat kondisi sulit seperti ini banyak orang kepepet dan nekad melakukan tindakan kejahatan," sambungnya. Menurut Fuadi dan Ahsin, saat ini beberapa masjid yang biasa jadi langganan pelajar berburu makanan, sudah dikuasai. pemberontak, baik dari kelompok Free Syrian Army, ISIS, Jabhat al-Nushra atau pun kelompok lain.
Cerita itu sendiri terungkap ketika para pelajar Indonesia tersebut melakukan buka bersama dengan Duta Besar Indonesia untuk Suriah, Drs. Djoko Harjanto, MA di Kedutaan Besar Indonesia di Damaskus. Di Suriah yang saat ini tengah masuk musim panas, para pelajar Indonesia menjalani puasa selama kurang lebih 16 jam.
(esn)