Penembak 9 Orang di Gereja AS Nyaris Batalkan Perang Rasial
A
A
A
SOUTH CAROLINA - Dylann Roof, 21, pria kulit putih bersenjata yang melakukan penembakan massal di sebuah gereja komunitas kulit hitam di Charleston, Amerika Serikat (AS) telah memberikan pengakuan pada polisi. Dia mengaku sempat ingin membatalkan serangan yang ia sebut sebagai perang rasial itu.
Alasannya, dia melihat orang-orang di gereja itu sangat baik. Menurut Roof dia diterima dengan baik ketika masuk ke Gereja Emanuel African Methodist Episcopal. Namun, kebencian rasial membuatnya mengumbar tembakan yang menewaskan enam wanita dan tiga pria.
“Saya ingin memulai perang rasial, tapi hampir tidak pergi, itu karena semua orang begitu baik,” kata Roof kepada polisi. (Baca juga: Obama Sebut Penembakan Massal di Gereja Penyakit Rasis)
Sementara itu, di luar dugaan para kerabat korban penembakan massal telah memaafkan tindakan Roof. Seorang putri dari korban bernama Ethel Lance, 70, melihat wajah Roof dan akhirnya memaafkannya. ”Saya memaafkan Anda. Tuhan kasihanilah jiwanya,” katanya.
”Saya tidak akan pernah berbicara dengannya lagi, tapi saya memaafkan Anda. Anda menyakiti saya. Anda menyakiti banyak orang, tapi saya memaafkan Anda,” lanjut dia.
Presiden AS, Barack Obama, mengatakan penembakan massal di gereja tersebut merupakan penyakit rasisme. Obama menghendaki reformasi hukum kepemilikan senjata. Menurutnya, tragedi di Charleston menunjukkan perlunya kewaspadaan terhadap rasisme.
”Motivasi penembak jelas mengingatkan kita bahwa rasisme masih hawar, bahwa kita harus memerangi bersama-sama,” kata Obama, seperti dikutip Reuters, Sabtu (20/6/2015).
Alasannya, dia melihat orang-orang di gereja itu sangat baik. Menurut Roof dia diterima dengan baik ketika masuk ke Gereja Emanuel African Methodist Episcopal. Namun, kebencian rasial membuatnya mengumbar tembakan yang menewaskan enam wanita dan tiga pria.
“Saya ingin memulai perang rasial, tapi hampir tidak pergi, itu karena semua orang begitu baik,” kata Roof kepada polisi. (Baca juga: Obama Sebut Penembakan Massal di Gereja Penyakit Rasis)
Sementara itu, di luar dugaan para kerabat korban penembakan massal telah memaafkan tindakan Roof. Seorang putri dari korban bernama Ethel Lance, 70, melihat wajah Roof dan akhirnya memaafkannya. ”Saya memaafkan Anda. Tuhan kasihanilah jiwanya,” katanya.
”Saya tidak akan pernah berbicara dengannya lagi, tapi saya memaafkan Anda. Anda menyakiti saya. Anda menyakiti banyak orang, tapi saya memaafkan Anda,” lanjut dia.
Presiden AS, Barack Obama, mengatakan penembakan massal di gereja tersebut merupakan penyakit rasisme. Obama menghendaki reformasi hukum kepemilikan senjata. Menurutnya, tragedi di Charleston menunjukkan perlunya kewaspadaan terhadap rasisme.
”Motivasi penembak jelas mengingatkan kita bahwa rasisme masih hawar, bahwa kita harus memerangi bersama-sama,” kata Obama, seperti dikutip Reuters, Sabtu (20/6/2015).
(mas)