Kuburan Massal di Malaysia & Kisah Warga Rohingya Kelaparan
A
A
A
WANG KELIAN - Hassan Ismail, warga desa di dekat lokasi kuburan massal yang menghebohkan Malaysia, tidak kaget dengan temuan itu. Dalam tiga tahun terakhir, Hassan menjadi saksi hidup di mana sekelompok imigran Rohingya menetap di wilayah itu dengan kondisi sakit-sakitan dan kelaparan.
Hassan juga tidak kaget, ketika otoritas Malaysia menemukan 139 mayat di situs kuburan massal di wilayah Malaysia utara itu. Hassan mengatakan, sekelompok imigran yang oleh orang-orang disebut sebagai warga Rohingya hidup dengan mengemis di sebuah masjid di Wang Kelian, sebuah desa yang berjarak 3 km dari kamp imigran, tempat ditemukannya kuburan massal.
Menurutnya, orang-orang yang mengemis karena kelaparan itu adalah warga Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar barat karena dianiaya. ”Mereka sangat lapar," kata Ismail, 66, yang merupakan imam masjid. ”Para penduduk desa memberi mereka makanan dan kemudian menelepon polisi.”
Setelah itu, kata dia, polisi datang dan membawa para imigran Rohingya entah kemana. Sejak itu, penduduk desa tidak lagi melihat keberadaan para imigran itu sampai akhirnya ditemukan kuburan massal.
Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia, Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengakui, bahwa wilayah perbatasan negaranya dengan Thailand selama ini jadi jalur penyelundupan maanusia. Menurutnya, masalah ini bukan hanya tanggung jawab Malaysia.
”Ini adalah masalah internasional. Para migran berasal dari kedua Myanmar dan Bangladesh,” katanya pada konferensi pers di Wang Kelian, pada hari Kamis, yang dilansir Reuters, Jumat (29/5/2015).
Hassan juga tidak kaget, ketika otoritas Malaysia menemukan 139 mayat di situs kuburan massal di wilayah Malaysia utara itu. Hassan mengatakan, sekelompok imigran yang oleh orang-orang disebut sebagai warga Rohingya hidup dengan mengemis di sebuah masjid di Wang Kelian, sebuah desa yang berjarak 3 km dari kamp imigran, tempat ditemukannya kuburan massal.
Menurutnya, orang-orang yang mengemis karena kelaparan itu adalah warga Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar barat karena dianiaya. ”Mereka sangat lapar," kata Ismail, 66, yang merupakan imam masjid. ”Para penduduk desa memberi mereka makanan dan kemudian menelepon polisi.”
Setelah itu, kata dia, polisi datang dan membawa para imigran Rohingya entah kemana. Sejak itu, penduduk desa tidak lagi melihat keberadaan para imigran itu sampai akhirnya ditemukan kuburan massal.
Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia, Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengakui, bahwa wilayah perbatasan negaranya dengan Thailand selama ini jadi jalur penyelundupan maanusia. Menurutnya, masalah ini bukan hanya tanggung jawab Malaysia.
”Ini adalah masalah internasional. Para migran berasal dari kedua Myanmar dan Bangladesh,” katanya pada konferensi pers di Wang Kelian, pada hari Kamis, yang dilansir Reuters, Jumat (29/5/2015).
(mas)