Hentikan Arus Migran, UE Kucurkan 62 Miliar Euro ke Afrika
A
A
A
BRUSSELS - Uni Eropa (UE) berencana untuk mengucurkan dana hingga 62 miliar Euro untuk mendirikan kamp-kamp pengungsi di beberapa negara Afrika Utara. Pasalnya, sejumlah pejabat melaporkan jumlah migran tidak menurun dibandingkan tahun lalu.
Menurut sebuah dokumen resmi UE, negara-negara seperti Mali, Nigeria, dan Sudan akan diminta untuk menangani para migran sebelum mereka memiliki kesempatan untuk melakukan perjalanan ke Eropa.
Sebagai imbalannya, Brussels akan memberi negara-negara tersebut program bantuan dan pembangunan senilai 62 miliar Euro, seperti dikutip dari laman Express, Senin (4/7/2016).
Kesepakatan ini dirancang untuk mengurangi jumlah migran memasuki benua Eropa, setelah rekor migrasi melonjak tahun lalu. Jutaan pengungsi meninggalkan wilayah negara-negara miskin di Afrika Utara dan negara yang dilanda perang di Timur Tengah.
Muncul laporan, 800 ribu migran saat ini berada di Libya. Para pejabat di negara itu mengancam akan "membuka kran" migran jika kesepakatan UE tidak tercapai.
"Negara ini sangat lemah dan tidak ada uang. Sebagian besar dari kami di sini bahkan tidak dibayar. Kami hanya akan berhenti bekerja dan membuka pintu imigrasi. Karena kami melakukan hal ini tidak mendapatkan apa-apa," kata Kepala Pusat Penahanan Gweea, Kolonel Mohamed Bourgiba.
Menurut sebuah dokumen resmi UE, negara-negara seperti Mali, Nigeria, dan Sudan akan diminta untuk menangani para migran sebelum mereka memiliki kesempatan untuk melakukan perjalanan ke Eropa.
Sebagai imbalannya, Brussels akan memberi negara-negara tersebut program bantuan dan pembangunan senilai 62 miliar Euro, seperti dikutip dari laman Express, Senin (4/7/2016).
Kesepakatan ini dirancang untuk mengurangi jumlah migran memasuki benua Eropa, setelah rekor migrasi melonjak tahun lalu. Jutaan pengungsi meninggalkan wilayah negara-negara miskin di Afrika Utara dan negara yang dilanda perang di Timur Tengah.
Muncul laporan, 800 ribu migran saat ini berada di Libya. Para pejabat di negara itu mengancam akan "membuka kran" migran jika kesepakatan UE tidak tercapai.
"Negara ini sangat lemah dan tidak ada uang. Sebagian besar dari kami di sini bahkan tidak dibayar. Kami hanya akan berhenti bekerja dan membuka pintu imigrasi. Karena kami melakukan hal ini tidak mendapatkan apa-apa," kata Kepala Pusat Penahanan Gweea, Kolonel Mohamed Bourgiba.
(ian)