Turki Tak Lagi Butuh Rudal Patriot dan F-35 Buatan AS
loading...
A
A
A
ANKARA - Turki tidak memiliki rencana mendapatkan sistem rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS) dan tidak akan lagi berusaha membeli jet tempur F-35.
Menurut Turki, masalah tersebut sudah “tertutup” setelah Washington mengeluarkan Ankara dari program multi-nasional untuk mengembangkan pesawat tersebut pada 2019.
Pernyataan itu diungkapkan Presiden Industri Pertahanan Ismail Demir saat berbicara di sela-sela Forum Diplomatik Antalya pada Senin (14/3/2022).
Presiden Industri Pertahanan Ismail Demir mengatakan sistem pertahanan rudal Patriot telah “dihapus dari agenda.”
“Saat ini tidak ada permintaan Patriot dari pihak kami. Jika kita berbicara tentang industri pertahanan, kita telah membalik halaman tentang masalah ini,” tegas dia, dilansir RT.com pada Selasa (15/3/2022).
Setelah bertahun-tahun negosiasi yang tidak produktif dengan AS untuk mendapatkan Patriot, Turki memilih sistem S-400 buatan Rusia dengan menandatangani kesepakatan senilai USD2,5 miliar untuk empat baterai pada 2017. S-400 dikirimkan dua tahun kemudian.
Namun, Washington dengan keras menolak penjualan tersebut, mengklaim bahwa S-400 tidak kompatibel dengan sistem NATO lainnya dan bahkan dapat membahayakan keamanan.
Menurut Turki, masalah tersebut sudah “tertutup” setelah Washington mengeluarkan Ankara dari program multi-nasional untuk mengembangkan pesawat tersebut pada 2019.
Pernyataan itu diungkapkan Presiden Industri Pertahanan Ismail Demir saat berbicara di sela-sela Forum Diplomatik Antalya pada Senin (14/3/2022).
Presiden Industri Pertahanan Ismail Demir mengatakan sistem pertahanan rudal Patriot telah “dihapus dari agenda.”
“Saat ini tidak ada permintaan Patriot dari pihak kami. Jika kita berbicara tentang industri pertahanan, kita telah membalik halaman tentang masalah ini,” tegas dia, dilansir RT.com pada Selasa (15/3/2022).
Setelah bertahun-tahun negosiasi yang tidak produktif dengan AS untuk mendapatkan Patriot, Turki memilih sistem S-400 buatan Rusia dengan menandatangani kesepakatan senilai USD2,5 miliar untuk empat baterai pada 2017. S-400 dikirimkan dua tahun kemudian.
Namun, Washington dengan keras menolak penjualan tersebut, mengklaim bahwa S-400 tidak kompatibel dengan sistem NATO lainnya dan bahkan dapat membahayakan keamanan.