Rusia Dendam pada Inggris karena Pasok Senjata ke Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia menyimpan dendam terhadap Inggris karena memasok senjata ke Ukraina dan menjatuhkan rentetan sanksi pada Moskow.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia membuat ancaman terselubung terhadap Inggris dan sekutunya.
"Rusia tidak akan melupakan keinginan Inggris untuk bekerja sama dengan pasukan ultra-nasionalis di Ukraina dan pasokan senjata Inggris ke rezim Kiev," kata juru bicara kementerian tersebut, Maria Zakharova.
“Histeria sanksi di mana London memainkan salah satu peran utama, jika bukan peran utama, membuat kami tidak punya pilihan selain mengambil tindakan pembalasan yang proporsional. London telah membuat pilihan terakhir untuk konfrontasi terbuka dengan Rusia," ujarnya, seperti dikutip The Mirror, Minggu (13/3/2022).
"Perkembangan seperti itu meyakinkan kami sekali lagi bahwa Russophobia dan tujuan untuk melemahkan negara Rusia adalah elemen integral dari kebijakan luar negeri Inggris."
Zakharova sebelumnya menuduh kantor berita BBC memainkan peran teguh dalam merusak stabilitas dan keamanan Rusia setelah mengumumkan menangguhkan pekerjaan jurnalisnya di Rusia ketika pihak berwenang mengeluarkan undang-undang yang akan menindak outlet berita asing.
Tanggapan Moskow ini muncul setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meluncurkan paket sanksi terbesar dan terberat yang pernah dilihat Rusia setelah Moskow melancarkan invasi ke Ukraina melalui darat, laut dan udara.
Terlepas dari dendam dan kemarahan Rusia terhadap Inggris, PM Johnson telah dikritik oleh beberapa orang atas tanggapannya karena sejauh ini hanya 15 orang Rusia, termasuk Putin dan Menteri Luar Negeri-nya, yang menjadi sasaran sanksi.
Sebaliknya, Uni Eropa telah memberlakukan sanksi dan larangan bepergian terhadap 702 orang, termasuk semua anggota Parlemen Rusia, dan lebih dari 50 organisasi yang memiliki hubungan dengan Putin.
Johnson sebelumnya mengatakan: “Selama Putin melanjutkan serangan biadabnya terhadap warga Ukraina yang tidak bersalah, kami akan terus mengerahkan setiap kekuatan yang kami miliki untuk menimbulkan kerugian ekonomi maksimum pada Putin dan mesin perangnya.”
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia membuat ancaman terselubung terhadap Inggris dan sekutunya.
"Rusia tidak akan melupakan keinginan Inggris untuk bekerja sama dengan pasukan ultra-nasionalis di Ukraina dan pasokan senjata Inggris ke rezim Kiev," kata juru bicara kementerian tersebut, Maria Zakharova.
“Histeria sanksi di mana London memainkan salah satu peran utama, jika bukan peran utama, membuat kami tidak punya pilihan selain mengambil tindakan pembalasan yang proporsional. London telah membuat pilihan terakhir untuk konfrontasi terbuka dengan Rusia," ujarnya, seperti dikutip The Mirror, Minggu (13/3/2022).
"Perkembangan seperti itu meyakinkan kami sekali lagi bahwa Russophobia dan tujuan untuk melemahkan negara Rusia adalah elemen integral dari kebijakan luar negeri Inggris."
Zakharova sebelumnya menuduh kantor berita BBC memainkan peran teguh dalam merusak stabilitas dan keamanan Rusia setelah mengumumkan menangguhkan pekerjaan jurnalisnya di Rusia ketika pihak berwenang mengeluarkan undang-undang yang akan menindak outlet berita asing.
Tanggapan Moskow ini muncul setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meluncurkan paket sanksi terbesar dan terberat yang pernah dilihat Rusia setelah Moskow melancarkan invasi ke Ukraina melalui darat, laut dan udara.
Terlepas dari dendam dan kemarahan Rusia terhadap Inggris, PM Johnson telah dikritik oleh beberapa orang atas tanggapannya karena sejauh ini hanya 15 orang Rusia, termasuk Putin dan Menteri Luar Negeri-nya, yang menjadi sasaran sanksi.
Sebaliknya, Uni Eropa telah memberlakukan sanksi dan larangan bepergian terhadap 702 orang, termasuk semua anggota Parlemen Rusia, dan lebih dari 50 organisasi yang memiliki hubungan dengan Putin.
Johnson sebelumnya mengatakan: “Selama Putin melanjutkan serangan biadabnya terhadap warga Ukraina yang tidak bersalah, kami akan terus mengerahkan setiap kekuatan yang kami miliki untuk menimbulkan kerugian ekonomi maksimum pada Putin dan mesin perangnya.”