Perang Nuklir dengan NATO Bisa Pecah Kapan Saja, Rusia Perkuat Triad Nuklir

Senin, 28 Februari 2022 - 20:14 WIB
loading...
Perang Nuklir dengan NATO Bisa Pecah Kapan Saja, Rusia Perkuat Triad Nuklir
Pasukan nuklir berbasis darat, udara dan kapal selam Rusia telah memulai tugas siaga dengan personel yang diperkuat. Foto/en.topwar.ru
A A A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan nuklir negara itu untuk ditempatkan dalam siaga tinggi sejak Minggu (27/2/2022) setelah "pernyataan agresif" dari NATO terkait operasi militer Rusia di Ukraina.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Liz Truss memperingatkan jika Rusia tidak "dihentikan" "di Ukraina" krisis dapat meningkat menjadi konflik dengan NATO.

“Pasukan nuklir berbasis darat, udara dan kapal selam Rusia telah memulai tugas siaga dengan personel yang diperkuat,” ungkap Menteri Pertahanan Sergei Shoigu memberi tahu Presiden Putin.



"Menteri Pertahanan Federasi Rusia, Jenderal Angkatan Darat Sergei Shoigu, telah melaporkan kepada Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Federasi Rusia V.V. Putin bahwa, sesuai dengan perintahnya, pergeseran tugas pos komando Pasukan Rudal Strategis, Armada Utara dan Pasifik, dan Komando Penerbangan Jarak Jauh telah mulai melaksanakan tugas tempur dengan personel yang diperkuat," papar Kementerian Pertahanan Rusia kepada wartawan pada Senin (28/2/2022).



Putin meminta Shoigu dan Kepala Staf Umum Valery Gerasimov untuk menempatkan pencegah strategis angkatan bersenjata Rusia pada "mode tugas tempur khusus" pada Minggu.



Presiden memerintahkan status siaga tinggi untuk diterapkan setelah menuduh bahwa "pejabat tinggi negara-negara NATO terkemuka" telah terlibat "dalam membuat pernyataan agresif tentang negara kita."

Putin tidak merinci siapa "pejabat tinggi" ini atau pernyataan "agresif" spesifik mana yang dia maksud, tetapi hanya beberapa jam sebelum komentarnya, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menyatakan dalam wawancara dengan Sky News bahwa kecuali operasi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina untuk demiliterisasi negara itu "dihentikan", krisis bisa "berakhir dalam konflik dengan NATO."
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1128 seconds (0.1#10.140)