AS,NATO masih berpikir seribu kali

Minggu, 22 Juli 2012 - 10:10 WIB
AS,NATO masih berpikir seribu kali
AS,NATO masih berpikir seribu kali
A A A
Sindonews.com - Presiden Barack Obama lebih banyak melakukan pertimbangan daripada langsung mengikuti desakan Republikan, bertindak lebih keras terhadap Suriah.


Suriah tidak seperti Libya atau Tunisia. Suriah sangat berbeda. Itulah yang sangat dipahami AS dan NATO. “Militer Suriah merupakan salah satu kekuatan yang sangat tertata baik dan sangat siap untuk kemungkinan berperang dengan Israel,” kata Wayne White, pakar Timur Tengah, dikutip Xinhua.

Suriah yang berbatasan langsung dengan Israel menjadi salah satu ancaman rezim Zionis tersebut. Kedua Negara itu juga dikenal sebagai musuh bebuyutan yang masih menyimpan bara dendam kesumat.

Tentunya, itu sangat berbeda dengan operasi militer NATO di Libya. NATO memahami bahwa militer Libya tidak memiliki perlengkapan dan persenjataan militer yang mumpuni dan bukan sebagai angkatan bersenjata yang kompeten.

“NATO tidak memberlakukan operasi militer melawan Suriah,”kata mantan deputi Biro Intelijen dan Penelitian Departemen Luar Negeri AS. Tapi,dia menegaskan sikap skeptis itu di luar kemampuan militer NATO. Selain kemampuan militer, faktor geografi menjadi faktor penghambat bagi AS dan NATO untuk menyerang Suriah.


Posisi Suriah sangat menyulitkan pesawat tempur NATO dalam menumbangkan kekuatan militer musuhnya. Salah satu kekhawatiran utama AS dan NATO adalah kemungkinan Suriah memiliki senjata kimia.

Tak kalah penting adalah pertimbangan dukungan diplomasi yang sangat kuat dari Rusia dan China terhadap Damaskus. Dukungan itu sangat kuat karena Moskow merupakan sekutu yang sangat dekat bagi Damaskus. Bahkan ada laporan kalau Rusia menyuplai senjata dan perlengkapan militer untuk Suriah.

Kemudian, Damaskus juga memiliki hubungan yang sangat mesra dengan Teheran. Dikhawatirkan, jika menyerang Suriah, maka Timur Tengah bakal memanas dan konflik menjalar di kawasan regional.

Sementara itu, AS dan NATO sangat khawatir jika Iran menggunakan kekuatan militernya untuk membantu Suriah. Apalagi, Iran dan Suriah masih dalam satu kawasan.

Selain itu, dukungan Hizbullah terhadap rezim Assad juga mengkhawatirkan. Hizbullah pernah memberikan kejutan bagi Israel ketika Rezim Zionis itu menyerang basis mereka di Lebanon.


AS dan NATO juga belajar dari Turki dalam memahami kehati-hatian dalam menyerang Suriah. Turki, sebagai anggota NATO dan tetangga Suriah, berpikir seribu kali jika ingin melakukan tindakan responsif.

Fouad Ajami, pengamat politik dari Hoover Institution, mengungkapkan bahwa Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan sangat tertekan untuk menyelamatkan rakyat Suriah.

“Turki memiliki angkatan militer yang solid. Luas wilayah Turki itu empat kali lipat lebih luas dibandingkan Suriah,”kata Ajami kepada CNN. Turki dapat saja menyerang Suriah ketika pesawat tempurnya ditembak jatuh rezim Assad. Tapi,itu tidak dilakukan Ankara.

Sebenarnya yang ditakutkan Ankara adalah dampak setelah serangan militer asing, seperti pengungsi Suriah yang bakal membanjiri Turki. Selain itu, Ankara sangat khawatir jika pemerintahan Suriah nantinya bakal dikuasai etnik Kurdi.

Pasalnya,Turki hingga saat ini kerap berperang dengan pemberontak Kurdi di perbatasan. Artinya, apa pun yang terjadi di Suriah, Turki akan menanggung segala dampak negatifnya. Kiro K Skinner, Direktur Hubungan Internasional dan Politik dari Universitas Carnegie Mellon,menegaskan bahwa AS harus belajar dari pengalaman masa lalu.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3316 seconds (0.1#10.140)