Eks Mahasiswi Boston yang Kirimi Pacarnya WA agar Bunuh Diri Mengaku Bersalah

Minggu, 26 Desember 2021 - 11:33 WIB
loading...
Eks Mahasiswi Boston yang Kirimi Pacarnya WA agar Bunuh Diri Mengaku Bersalah
Mantan mahasiswa Boston College, Inyoung You yang kirimi pacarnya teks WA hingga bunuh diri. FOTO/Reuters
A A A
BOSTON - Seorang mantan mahasiswa Boston College, Inyoung You (23), yang menurut jaksa mendorong pacarnya untuk melakukan aksi bunuh diri mengaku bersalah, Kamis (23/12/2021). Sebelum bunuh diri terjadi, gadis tersebut mengirimi pacarnya dengan ribuan pesan teks WhatsApp (WA). Inyoung lahir di Korea Selatan dan merupakan warga negara Amerika Serikat (AS) yang dinaturalisasi.

Berdasarkan kesepakatan pembelaan, Inyoung menerima hukuman penjara dua setengah tahun yang ditangguhkan dan 10 tahun masa percobaan dan dilarang oleh hakim di Pengadilan Tinggi Suffolk untuk mengambil keuntungan dari kasusnya dengan cara apa pun.



Kalimat tersebut berarti Inyoung dapat menghindari waktu di balik jeruji besi jika dia mematuhi semua persyaratan masa percobaannya, yang mencakup perawatan kesehatan mental berkelanjutan dan layanan masyarakat.

Seperti dilaporkan USA Today, Inyoung mengirimi pacarnya, Alexander Urtula (22) dari Cedar Grove, New Jersey, AS, puluhan ribu pesan WA dalam dua bulan terakhir hubungan mereka. Pesan WA itu termasuk pesan yang mendesak Urtula untuk "bunuh diri". Urtula sendiri meninggal di Boston pada Mei 2019, beberapa hari jelang kelulusannya dari Boston College.

“Penyelidikan tersebut menggambarkan hubungan Inyoung dan Urtula selama 18 bulan sebagai "kekacauan, disfungsional, dan tidak sehat". Penyelidikan juga menemukan Inyoung terlibat dalam perilaku kasar yang sangat mengganggu dan terkadang tanpa henti secara verbal, fisik, dan psikologis terhadap Urtula," menurut sebuah pernyataan dari kantor Jaksa Distrik Suffolk, Rachael Rollins.



“Tindakan itu meningkat pada hari-hari dan jam-jam sebelum kematian Urtula,” tambah pernyataan tersebut. Inyoung mengirimi Urtula lebih dari 47.000 pesan teks sejak akhir Maret 2019 hingga kematiannya.

“Dia berulang kali memberi tahu korban bahwa dia harus bunuh diri atau mati dan melakukan kampanye pelecehan yang melucuti korban dari kehendak bebasnya," kata kantor itu.

"Kata-kata itu penting," kata Rollins dalam pernyataannya. "Bahasa yang merendahkan, ejekan, dan pelecehan verbal dapat sangat memengaruhi orang. Kesepakatan pembelaan dicapai melalui konsultasi dengan keluarga Urtula,” kata Rollins.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1272 seconds (0.1#10.140)