Direktur PSPP: Bung Karno Satukan Rakyat Indonesia dengan Pancasila

Kamis, 21 Oktober 2021 - 23:31 WIB
loading...
Direktur PSPP: Bung Karno Satukan Rakyat Indonesia dengan Pancasila
Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila (PSPP) Syaiful Arif. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila ( PSPP ) Syaiful Arif menilai sumbangan Bung Karno terhadap bangsa Indonesia yang paling berharga adalah melahirkan Pancasila pada 1 Juni 1945. Sebab, di dalam Pancasila ada 2 nilai yang paling penting, yakni kebangsaan dan ketuhanan.

“Jadi ini adalah 2 nilai utama pancasila yang diusulkan Bung Karno pada 1 Juni 1945,” kata Syaiful Arif menanggapi peryataan Ketua DPR Puan Maharani terkait 'Kebinekaan merupakan sumber kekuatan dalam persatuan bangsa Indonesia' di Jakarta, Rabu (21/10/2021).



Menurut Arif, kenapa kebangsaan sangat penting? Karena Indonesia adalah bangsa yang majemuk, berbeda-beda suku, agama, ras, bahasa dan budaya, makanya harus bersatu. Hanya dengan bersatu, bangsa Indonesia bisa mendirikan Negara yang kuat.

Sebaliknya, lanjut dia, tanpa persatuan maka Indonesia tidak akan bisa mendirikan Negara, tapi yang ada justru perpecahan. Misalnya, antara satu wilayah dengan wilayah lain ingin memisahkan diri. Termasuk kelompok Islam mendirikan Negara sendiri dan kelompok kebangsaan juga mendirikan negaranya sendiri.

“Jadi para pendiri bangsa saat itu sangat khawatir dengan kejadian seperti yang dialami negara India. Setelah merdeka dari penjajahan Inggris, kemudian justru mengalami perpecahan antara India dan Pakistan. Jadi kelompok Islam mendirikan negara Pakistan,” terangnya.



Tokoh-tokoh Bangsa tidak ingin Indonesia mengalami hal serupa, sehingga prinsip pertama dalam kehidupan berbangsa di Indonesia adalah kebangsaan. Kebangsaan itu artinya kehendak untuk bersatu di tengah berbagai kemajemukan, di tengah perbedaan, ras, suku, etnis, agama, ideologi, agar rakyat bisa mendirikan rumah bersama bernama republik Indonesia.

Jadi, kata Bung Karno, yang menyatukan rakyat itu bukan bahasa, bukan kulit, juga bukan agama, karena agama di Indonesia banyak sehingga tidak bisa mendirikan satu negara berdasarkan pada satu agama. Tetapi, yang mampu menyatukan rakyat adalah kehendak untuk bersatu.

“Persatuan itulah yang mampu mempersatukan kita, tanpa kehendak untuk bersatu, maka kita tidak akan pernah menjadi sebuah bangsa,” ungkapnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5439 seconds (0.1#10.140)