Pria Kulit Hitam Tewas Saat Ditahan Polisi, Aksi Protes Pecah di Paris

Rabu, 03 Juni 2020 - 12:55 WIB
loading...
A A A
"Duel" laporan medis juga terjadi dalam kasus George Floyd. Autopsi awal mengatakan ia meninggal karena masalah jantung, sementara autopsi yang dilakukan pihak keluarga mengatakan ia meninggal karena sesak napas akibat tekanan yang berkelanjutan.

Autopsi resmi Floyd kemudian mengonfirmasi bahwa dia meninggal dalam pembunuhan yang melibatkan "kompresi leher". (Baca: Autopsi Independen: George Floyd Tewas karena Asfiksia, Ini Pembunuhan )

Kepala Kepolisian Paris Didier Lallement, yang melarang aksi protes, sebelumnya pada hari Selasa menulis surat kepada petugas polisi dan membela tindakan mereka.

Dia mengatakan dia bersimpati dengan "rasa sakit" yang harus dirasakan oleh petugas dihadapkan pada tuduhan kekerasan dan rasisme, diulang tanpa henti oleh jejaring sosial dan kelompok aktivis tertentu.

"Pasukan kepolisian Paris tidak kejam, tidak juga rasis: ia bertindak dalam kerangka hak untuk kebebasan bagi semua orang," ia menegaskan dalam email ke 27.500 penegak hukum kota.

Beberapa perwira Prancis juga telah diselidiki karena kebrutalan terhadap anggota masyarakat dalam demonstrasi anti-pemerintah "rompi kuning" yang telah berjalan lama, dan terbaru pemogokan reformasi anti-pensiun.

Puluhan pengunjuk rasa dilumpuhkan oleh peluru karet atau granat setrum, beberapa kehilangan mata atau tangan.

Pada 3 Januari tahun ini, seorang pria berusia 42 tahun mati lemas setelah tertelungkup ke tanah saat penangkapan di Paris.

Pekan lalu, seorang anak berusia 14 tahun satu matanya terluka parah selama operasi polisi di Bondy, salah satu pinggiran utara Paris. Peristiwa ini memicu aksi protes.
(ber)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1768 seconds (0.1#10.140)