Menlu Retno: Kemitraan ASEAN-AS Harus Jadi Solusi Tantangan Global
loading...
A
A
A
NEW YORK CITY - Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno LP Marsudi mengatakan kemitraan antara ASEAN dan Amerika Serikat (AS) harus menjadi solusi untuk berbagai tantangan global.
Komentar ini disampaikan dirinya bersama Menlu Amerika Serikat Antony Blinken memimpin Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-AS di New York, hari Kamis.
“Dalam situasi sulit ini, kemitraan ASEAN-AS harus dapat menjadi positive force dan menjadi bagian dari solusi berbagai tantangan global. Di saat yang sama juga dapat berkontribusi bagi stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik," kata Menlu Retno dalam sambutan pembukaannya, yang disampaikan Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan tertulis, Jumat (24/9/2021).
Sementara dalam pernyataan nasional Indonesia, Menlu perempuan pertama Indonesia itu menyoroti isu ketimpangan vaksin global yang menjadi perhatian mayoritas negara di Sidang Majelis Umum ke-76 PBB. Saat ini sebagian negara memiliki kelebihan vaksin, sementara sebagian yang lain masih kekurangan.
“Saya menyampaikan bahwa mekanisme berbagi dosis (dose-sharing) termasuk melalui Covax Facility adalah cara yang paling cepat untuk mengatasi ketimpangan ini," katanya.
Dalam kaitan ini, Retno mengapresiasi komitmen AS yang disampaikan dalam pertemuan Global Covid-19 Summit untuk mendonasikan tambahan 500 juta vaksin bagi low and lower-middle income countries dan memperluas produksi vaksin di negara-negara berkembang.
“Keputusan ini merupakan cerminan komitmen AS untuk memvaksinasi dunia dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara lain. Keputusan ini juga memberikan kesempatan bagi negara berkembang untuk menjadi bagian dari global supply chain vaksin," ujar Retno.
Menlu Retno juga menyampaikan bahwa kemitraan ASEAN-AS harus dapat berkontribusi bagi upaya penguatan ketahanan kesehatan global. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui penguatan arsitektur kesehatan global dan pengembangan mekanisme baru untuk memobilisasi sumber daya kesehatan global.
Terkait diskriminasi vaksin yang masih terus terjadi, Retno menyampaikan keprihatinan Indonesia. Diskriminasi tersebut justru kontra-produktif dengan upaya pemulihan dari pandemi.
Komentar ini disampaikan dirinya bersama Menlu Amerika Serikat Antony Blinken memimpin Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-AS di New York, hari Kamis.
“Dalam situasi sulit ini, kemitraan ASEAN-AS harus dapat menjadi positive force dan menjadi bagian dari solusi berbagai tantangan global. Di saat yang sama juga dapat berkontribusi bagi stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik," kata Menlu Retno dalam sambutan pembukaannya, yang disampaikan Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan tertulis, Jumat (24/9/2021).
Sementara dalam pernyataan nasional Indonesia, Menlu perempuan pertama Indonesia itu menyoroti isu ketimpangan vaksin global yang menjadi perhatian mayoritas negara di Sidang Majelis Umum ke-76 PBB. Saat ini sebagian negara memiliki kelebihan vaksin, sementara sebagian yang lain masih kekurangan.
“Saya menyampaikan bahwa mekanisme berbagi dosis (dose-sharing) termasuk melalui Covax Facility adalah cara yang paling cepat untuk mengatasi ketimpangan ini," katanya.
Dalam kaitan ini, Retno mengapresiasi komitmen AS yang disampaikan dalam pertemuan Global Covid-19 Summit untuk mendonasikan tambahan 500 juta vaksin bagi low and lower-middle income countries dan memperluas produksi vaksin di negara-negara berkembang.
“Keputusan ini merupakan cerminan komitmen AS untuk memvaksinasi dunia dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara lain. Keputusan ini juga memberikan kesempatan bagi negara berkembang untuk menjadi bagian dari global supply chain vaksin," ujar Retno.
Menlu Retno juga menyampaikan bahwa kemitraan ASEAN-AS harus dapat berkontribusi bagi upaya penguatan ketahanan kesehatan global. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui penguatan arsitektur kesehatan global dan pengembangan mekanisme baru untuk memobilisasi sumber daya kesehatan global.
Terkait diskriminasi vaksin yang masih terus terjadi, Retno menyampaikan keprihatinan Indonesia. Diskriminasi tersebut justru kontra-produktif dengan upaya pemulihan dari pandemi.