Pasukan Khusus Lakukan Kudeta Militer dan Tangkap Presiden Guinea

Senin, 06 September 2021 - 07:33 WIB
loading...
Pasukan Khusus Lakukan...
Warga bersorak pada tentara saat mereka merayakan pemberontakan di Conakry, Guinea, 5 September 2021. Foto/REUTERS
A A A
CONAKRY - Kudeta militer oleh pasukan khusus yang diwarnai tembakan besar-besaran pecah di Guinea , Minggu pagi waktu setempat. Presiden Alpa Conde dilaporkan telah ditangkap dan ditahan oleh unit elite militer tersebut.

Kehadiran militer secara besar-besaran dan baku tembak terjadi di ibu kota negara itu, Conakry.

Media lokal melaporkan bahwa tembakan berat datang dari lingkungan kelas atas di Kaloum, Conakry, yang menampung istana kepresidenan dan gedung-gedung pemerintah lainnya.



Rekaman video yang beredar secara online menunjukkan beberapa kendaraan militer dan tentara bersenjata lengkap berkeliaran di kawasan tersebut.

“Saya melihat sekelompok tentara menuju kepresidenan. Ada banyak penembakan," kata seorang warga Kaloum kepada Reuters, yang berbicara dalam kondisi anonim, Senin (6/9/2021).

Tiga saksi mata lainnya mengatakan mereka melihat setidaknya dua warga sipil terluka oleh tembakan.

Kudeta militer dilaporkan dipimpin oleh Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, mantan legiuner Prancis dan komandan unit militer elite.

Sementara beberapa sumber pro-pemerintah mengatakan kepada media bahwa presiden negara itu aman, laporan media lokal dikuatkan oleh foto-foto yang beredar secara online menyatakan sebaliknya.

Sebuah video dan beberapa foto menunjukkan Conde ditahan oleh tentara bersenjata lengkap dan kemudian dibawa pergi ke lokasi yang tidak ditentukan.

Ketika Conde ditangkap, pemimpin kudeta merilis pidato video singkat, menuduh presiden "menginjak-injak" hak-hak rakyat dan memimpin ekonomi negara ke dalam keadaan "disfungsi".

Doumbouya mengumumkan pembubaran pemerintah, serta penutupan perbatasan udara dan darat negara itu, sambil menyatakan konstitusi Guinea dibatalkan.

Namun, pemilihan presiden terbaru, yang diadakan pada Oktober tahun lalu, dikelilingi oleh banyak kontroversi. Pemimpin lama Comte telah mengubah konstitusi negara sebelum pemilu, membiarkan dirinya mencalonkan diri untuk ketiga kalinya. Pemilu juga dirusak oleh protes oposisi yang keras, serta tindakan keras terhadap mereka oleh pihak berwenang.

Namun, tak lama setelah pidato tersebut, kementerian pertahanan Guinea mengklaim serangan pasukan khusus yang memberontak telah berhasil dihalau dan militer yang setia kepada pemerintah terpilih sedang bekerja untuk memulihkan ketertiban di ibu kota.

Kementerian tidak merinci keberadaan presiden, sehingga menimbulkan kebingungan lebih lanjut tentang siapa sebenarnya yang memegang kekuasaan di negara tersebut.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1884 seconds (0.1#10.140)