Didukung Rakyat, China Kembali Serukan Investigasi Lab Biologi AS

Rabu, 21 Juli 2021 - 19:44 WIB
loading...
Didukung Rakyat, China Kembali Serukan Investigasi Lab Biologi AS
China kembali menyerukan investigasi asal usul COVID-19 di lab biologi Fort Detrick, AS. Foto/Global Times
A A A
BEIJING - Kementerian Luar Negeri China kembalimenyerukanpenyelidikan biolab Fort Detrick terkait asal usul pandemi COVID-19 . Seruan ini muncul setelah 4,7 juta warga China mengajukan petisi kepada WHO untuk mengirim para ahli ke fasilitas yang berada di Maryland, Amerika Serikat (AS) itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa warga China telah menyampaikan pesan yang jelas dalam menandatangani petisi, yang dibuat oleh kantor berita milik negara The Global Times, yang menyerukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan penyelidikan ke dalam biolab Fort Detrick.

“Dalam waktu kurang dari lima hari, sekitar lima juta orang berpartisipasi. Angka yang meningkat mewakili aspirasi rakyat China dan menunjukkan kemarahan mereka pada beberapa orang di AS atas manipulasi politik melalui masalah ketertelusuran,” katanya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (21/7/2021).

Zhao mengatakan bahwa tanggung jawab untuk menyelidiki lab mereka sendiri harus berada di tangan AS. Dia mengklaim bahwa laporan penyakit pernapasan yang tidak diketahui yang menyebabkan pneumonia di Virginia pada musim panas 2019 dan keputusan untuk menghentikan beberapa operasi di biolab Maryland mencurigakan dan layak untuk diselidiki.

Pada tahun 2019, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengeluarkan perintah penghentian dan untuk menghentikan operasi di laboratorium kuman di tengah masalah keamanan.

Zhao juga mengutip wabah penyakit rokok elektrik berskala besar di Wisconsin pada tahun yang sama.



Hingga Rabu pagi, sekitar 4,7 juta warga China telah menandatangani petisi yang menyerukan WHO untuk menyelidiki laboratorium AS sebagai sumber potensial pandemi COVID-19.

Petisi diluncurkan pekan lalu ketika kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam Beijing karena gagal memberikan data mentah dari hari-hari awal penyebarannya di China.

"Kami berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi," ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1784 seconds (0.1#10.140)