Lavrov: Ikut Campur Pemilu Rusia, Barat Akan Menyesal
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa aktor asing akan "menyesali" segala upaya untuk ikut campur dalam pemilu parlemen negaranya.
Dengan Moskow dituduh ikut campur dalam pemilu di Amerika Serikat (AS) dan di tempat lain, komentar Lavrov menunjukkan bahwa Kremlin akan menyalahkan negara-negara Barat jika ada protes ketika warga Rusia pergi ke tempat pemungutan suara pada bulan September mendatang.
Lavrov mengatakan bahwa Rusia tidak mengesampingkan setiap upaya intervensi menjelang pemilihan majelis rendah atau Duma Negara.
"Kita akan melihat upaya baru untuk mengguncang, mengacaukan situasi, untuk memprovokasi protes, lebih disukai protes kekerasan, seperti Barat biasa melakukannya," ujarnya.
"Kampanye untuk tidak mengakui pemilihan kami mungkin akan menyusul," katanya saat memberikan kuliah di Universitas Federal Timur Jauh Rusia di Vladivostok menurut kantor berita Tass yang dinukil Newsweek, Jumat (9/7/2021).
"Rencana seperti itu memang ada dan kami tahu tentang itu," imbuhnya.
Dia merujuk pada komentar yang dibuat oleh Presiden Vladimir Putin selama pidato kenegaraan terakhirnya bahwa pelaku provokasi apa pun terhadap Rusia akan menyesalinya setelah itu.
Selain itu, mengacu pada "rekan Barat kami" dan tidak menyebut nama negara tertentu, Lavrov mengecam sanksi Barat, dan kapal perang NATO di dekat Crimea sebagai salah satu gudang instrumen yang digunakan untuk mempengaruhi kebijakan dalam dan luar negeri Rusia.
Dengan Moskow dituduh ikut campur dalam pemilu di Amerika Serikat (AS) dan di tempat lain, komentar Lavrov menunjukkan bahwa Kremlin akan menyalahkan negara-negara Barat jika ada protes ketika warga Rusia pergi ke tempat pemungutan suara pada bulan September mendatang.
Lavrov mengatakan bahwa Rusia tidak mengesampingkan setiap upaya intervensi menjelang pemilihan majelis rendah atau Duma Negara.
"Kita akan melihat upaya baru untuk mengguncang, mengacaukan situasi, untuk memprovokasi protes, lebih disukai protes kekerasan, seperti Barat biasa melakukannya," ujarnya.
"Kampanye untuk tidak mengakui pemilihan kami mungkin akan menyusul," katanya saat memberikan kuliah di Universitas Federal Timur Jauh Rusia di Vladivostok menurut kantor berita Tass yang dinukil Newsweek, Jumat (9/7/2021).
"Rencana seperti itu memang ada dan kami tahu tentang itu," imbuhnya.
Dia merujuk pada komentar yang dibuat oleh Presiden Vladimir Putin selama pidato kenegaraan terakhirnya bahwa pelaku provokasi apa pun terhadap Rusia akan menyesalinya setelah itu.
Selain itu, mengacu pada "rekan Barat kami" dan tidak menyebut nama negara tertentu, Lavrov mengecam sanksi Barat, dan kapal perang NATO di dekat Crimea sebagai salah satu gudang instrumen yang digunakan untuk mempengaruhi kebijakan dalam dan luar negeri Rusia.