Khamenei Terkejut dengan Kritik Zarif terhadap Militer Iran
loading...
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengaku terkejut dengan kritik yang dilontarkan pejabat tinggi terhadap militer Teheran. Dia tidak menyebut nama, namun jelas bahwa komentarnya merujuk pada bocoran rekaman audio Menteri Luar Negeri (Menlu) Mohammad Javad Zarif.
"Kami baru-baru ini mendengar beberapa hal dari beberapa pejabat negara yang mengejutkan dan tidak menguntungkan," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi Iran pada hari Minggu.
Khamenei, yang tidak menyebut nama Zarif dalam pidatonya, menuduh diplomat tertinggi Teheran menggemakan klaim Amerika Serikat (AS).
“Kita tidak boleh mengatakan hal-hal yang membuatnya tampak seperti mengulangi apa yang dikatakan Amerika,” katanya.
"Tugas kementerian luar negeri adalah melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh badan dan pejabat atasan," ujar Khamenei yang dilansir Al Arabiya, Senin (3/5/2021).
"Tidak ada tempat di dunia ini yang kementerian luar negeri menentukan kebijakan luar negeri," lanjut dia.
Zarif Minta Maaf
Zarif melalui Instagram meminta maaf tak lama setelah pidato Khamenei. Dia minta maaf karena tidak menyenangkan sang pemimpin tertinggi.
"Saya sangat menyesal bahwa beberapa pandangan pribadi saya... telah mengecewakan pemimpin tertinggi yang mulia," tulis dia.
"Pernyataan Khamenei selalu menjadi faktor penentu bagi saya dan kolega saya," lanjut Zarif.
"Mematuhi Khamenei adalah kebutuhan yang tak terbantahkan bagi kebijakan luar negeri."
Dalam rekaman audio yang bocor, yang disiarkan Minggu lalu oleh stasiun televisi Iran International yang berbasis di London, Zarif terdengar mengeluh karena hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap kebijakan luar negeri dibandingkan dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan komandannya yang terbunuh, Qassem Soleimani.
Soleimani mengepalai Pasukan Quds, lengan luar negeri IRGC, dan dianggap sebagai tokoh paling kuat di Iran setelah pemimpin tertinggi.
Dia tewas dalam serangan udara AS di Irak pada Januari 2020.
Rekaman tersebut menyebabkan keributan di kalangan kelas politik di Iran, di mana kritik terhadap IRGC dan Soleimani menjadi garis merah.
Dalam sebuah posting di Instagram pada hari Minggu sebelumnya, Zarif mengatakan dia berharap keluarga Soleimani akan memaafkannya.
"Saya berharap orang-orang hebat Iran dan semua pecinta [Soleimani] dan terutama keluarga besar Soleimani, akan memaafkan saya," tulis dia.
Dalam posting di Instagram secara terpisah minggu lalu, Zarif mengatakan komentar "jujur" dalam rekaman itu disalahartikan sebagai kritik pribadi.
"Kami baru-baru ini mendengar beberapa hal dari beberapa pejabat negara yang mengejutkan dan tidak menguntungkan," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi Iran pada hari Minggu.
Khamenei, yang tidak menyebut nama Zarif dalam pidatonya, menuduh diplomat tertinggi Teheran menggemakan klaim Amerika Serikat (AS).
“Kita tidak boleh mengatakan hal-hal yang membuatnya tampak seperti mengulangi apa yang dikatakan Amerika,” katanya.
"Tugas kementerian luar negeri adalah melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh badan dan pejabat atasan," ujar Khamenei yang dilansir Al Arabiya, Senin (3/5/2021).
"Tidak ada tempat di dunia ini yang kementerian luar negeri menentukan kebijakan luar negeri," lanjut dia.
Zarif Minta Maaf
Zarif melalui Instagram meminta maaf tak lama setelah pidato Khamenei. Dia minta maaf karena tidak menyenangkan sang pemimpin tertinggi.
"Saya sangat menyesal bahwa beberapa pandangan pribadi saya... telah mengecewakan pemimpin tertinggi yang mulia," tulis dia.
"Pernyataan Khamenei selalu menjadi faktor penentu bagi saya dan kolega saya," lanjut Zarif.
"Mematuhi Khamenei adalah kebutuhan yang tak terbantahkan bagi kebijakan luar negeri."
Dalam rekaman audio yang bocor, yang disiarkan Minggu lalu oleh stasiun televisi Iran International yang berbasis di London, Zarif terdengar mengeluh karena hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap kebijakan luar negeri dibandingkan dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan komandannya yang terbunuh, Qassem Soleimani.
Soleimani mengepalai Pasukan Quds, lengan luar negeri IRGC, dan dianggap sebagai tokoh paling kuat di Iran setelah pemimpin tertinggi.
Dia tewas dalam serangan udara AS di Irak pada Januari 2020.
Rekaman tersebut menyebabkan keributan di kalangan kelas politik di Iran, di mana kritik terhadap IRGC dan Soleimani menjadi garis merah.
Dalam sebuah posting di Instagram pada hari Minggu sebelumnya, Zarif mengatakan dia berharap keluarga Soleimani akan memaafkannya.
"Saya berharap orang-orang hebat Iran dan semua pecinta [Soleimani] dan terutama keluarga besar Soleimani, akan memaafkan saya," tulis dia.
Dalam posting di Instagram secara terpisah minggu lalu, Zarif mengatakan komentar "jujur" dalam rekaman itu disalahartikan sebagai kritik pribadi.
(min)