Atasi Krisis Akibat Pandemi, Prancis-Jerman Siapkan Paket Recovery
loading...
A
A
A
Sebelumnya, Australia dan Selandia Baru mengizinkan warganya kembali bekerja dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi virus korona pada pekan ini. Sydney di New South Wales (NSW) merupakan negara bagian pertama yang mengizinkan operasional bisnis selama satu pekan penuh setelah lockdown selama beberapa pekan.
Perdana Menteri (PM) Negara Bagian New South Wales (NSW) Gladys Berejiklian menyarankan agar warga menghindari pengunaan transportasi kereta dan bus saat jam sibuk untuk menjamin jaga jarak. “Kita juga meminta masyarakat untuk mempertimbangkan transportasi lain untuk bekerja,” kata Berejiklian dilansir Reuters.
Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi Menengah Australia Michaela Cash mengatakan, perlunya inisiatif untuk bisa meningkatkan kepercayaan diri pelanggan dalam pemulihan ekonomi yang cepat dan kuat. Pemerintah Federal Australia telah menggelontorkan dana 80 juta dolar Australia untuk program pelatihan bagi tenaga kerja pada saat pandemi. (Baca: Pelecehan Seks Pada Anak di UE Meningkat Saat Lockdown Covid-19)
Menteri Industri Australia Karen Andrews juga meminta perusahaan bersiap untuk menyiapkan karyawannya kembali bekerja. “Kita mengetahui pembatasan telah dilonggarkan, tetapi tersediaan peralatan pelindung diri juga harus dijamin,” katanya. Dia mengungkapkan, tahapan bekerja kembali harus berjalan cepat dan efektif dengan memperhatikan faktor keselamatan.
Banyak warga Sydney sepakat dengan anjuran Pemerintah NSW untuk kembali bekerja ke kantor. Banyak pihak yang khawatir dengan kondisi new normal tersebut.
Erin Kidd, seorang pengacara, mengatakan ada potensi risiko kesehatan dengan kembali bekerja di kantor dibandingkan dengan bekerja di rumah. “Perusahaan harus menjamin lingkungan kerja yang aman sesuai dengan petunjuk dan rekomendasi pemerintah,” kata Kidd dilansir The Sydney Morning Herald.
Bagaimana dengan pekerja yang menolak bekerja di kantor? Menurut pakar hukum Universitas Teknologi Sydney, Joellen Riley Munton, mereka bisa mengambil posisi dirumahkan tanpa gaji. “Namun, perusahaan bisa memaksa pekerja menjalankan pekerjaannya,” katanya.
Di Selandia Baru, setelah dua bulan jutaan warga tinggal di rumah, PM Selandia Baru Jacindra Ardern memerintahkan warganya untuk kembali bekerja. Masyarakat bisa menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi pun. Namun, status darurat tingkat dua masih diberlakukan dengan penekanan pada jaga jarak, hieginitas, dan kebersihan. “Semua negara berusaha menghidupkan kembali ekonominya,” kata Ardern dilansir NZ Herald. (Baca juga: Ratusan negara Dukung Seruan Investigasi Covid-19, Australia Semringah)
Tantangan terberat saat ini, menurut Wali Kota Auckland Phil Goff, adalah menjalankan bisnis dengan normal dan banyak orang bepergian dengan waktu yang sama. “Saya meminta pengusaha menerapkan fleksibilitas untuk mengurangi jam sibuk. Jam masuk dan jam pulang bekerja sebaiknya diatur,” katanya.
Sementara itu, sebagian besar tempat usaha di Italia, termasuk bar dan penata rambut, dibolehkan untuk buka kembali setelah lebih dari dua bulan tutup karena karantina wilayah nasional untuk menekan penyebaran virus korona. Gereja-gereja Katolik sedang bersiap untuk kembali mengadakan Misa, tapi akan ada penjara sosial yang ketat dan para jemaat harus mengenakan masker. Agama lain juga diizinkan untuk mengadakan layanan keagamaan.
Perdana Menteri (PM) Negara Bagian New South Wales (NSW) Gladys Berejiklian menyarankan agar warga menghindari pengunaan transportasi kereta dan bus saat jam sibuk untuk menjamin jaga jarak. “Kita juga meminta masyarakat untuk mempertimbangkan transportasi lain untuk bekerja,” kata Berejiklian dilansir Reuters.
Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi Menengah Australia Michaela Cash mengatakan, perlunya inisiatif untuk bisa meningkatkan kepercayaan diri pelanggan dalam pemulihan ekonomi yang cepat dan kuat. Pemerintah Federal Australia telah menggelontorkan dana 80 juta dolar Australia untuk program pelatihan bagi tenaga kerja pada saat pandemi. (Baca: Pelecehan Seks Pada Anak di UE Meningkat Saat Lockdown Covid-19)
Menteri Industri Australia Karen Andrews juga meminta perusahaan bersiap untuk menyiapkan karyawannya kembali bekerja. “Kita mengetahui pembatasan telah dilonggarkan, tetapi tersediaan peralatan pelindung diri juga harus dijamin,” katanya. Dia mengungkapkan, tahapan bekerja kembali harus berjalan cepat dan efektif dengan memperhatikan faktor keselamatan.
Banyak warga Sydney sepakat dengan anjuran Pemerintah NSW untuk kembali bekerja ke kantor. Banyak pihak yang khawatir dengan kondisi new normal tersebut.
Erin Kidd, seorang pengacara, mengatakan ada potensi risiko kesehatan dengan kembali bekerja di kantor dibandingkan dengan bekerja di rumah. “Perusahaan harus menjamin lingkungan kerja yang aman sesuai dengan petunjuk dan rekomendasi pemerintah,” kata Kidd dilansir The Sydney Morning Herald.
Bagaimana dengan pekerja yang menolak bekerja di kantor? Menurut pakar hukum Universitas Teknologi Sydney, Joellen Riley Munton, mereka bisa mengambil posisi dirumahkan tanpa gaji. “Namun, perusahaan bisa memaksa pekerja menjalankan pekerjaannya,” katanya.
Di Selandia Baru, setelah dua bulan jutaan warga tinggal di rumah, PM Selandia Baru Jacindra Ardern memerintahkan warganya untuk kembali bekerja. Masyarakat bisa menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi pun. Namun, status darurat tingkat dua masih diberlakukan dengan penekanan pada jaga jarak, hieginitas, dan kebersihan. “Semua negara berusaha menghidupkan kembali ekonominya,” kata Ardern dilansir NZ Herald. (Baca juga: Ratusan negara Dukung Seruan Investigasi Covid-19, Australia Semringah)
Tantangan terberat saat ini, menurut Wali Kota Auckland Phil Goff, adalah menjalankan bisnis dengan normal dan banyak orang bepergian dengan waktu yang sama. “Saya meminta pengusaha menerapkan fleksibilitas untuk mengurangi jam sibuk. Jam masuk dan jam pulang bekerja sebaiknya diatur,” katanya.
Sementara itu, sebagian besar tempat usaha di Italia, termasuk bar dan penata rambut, dibolehkan untuk buka kembali setelah lebih dari dua bulan tutup karena karantina wilayah nasional untuk menekan penyebaran virus korona. Gereja-gereja Katolik sedang bersiap untuk kembali mengadakan Misa, tapi akan ada penjara sosial yang ketat dan para jemaat harus mengenakan masker. Agama lain juga diizinkan untuk mengadakan layanan keagamaan.