Atasi Krisis Akibat Pandemi, Prancis-Jerman Siapkan Paket Recovery
loading...
A
A
A
PARIS - Prancis dan Jerman menyiapkan paket dana pemulihan atau recovery karena krisis ekonomi yang disebabkan pandemi corona senilai USD545 miliar (Rp8.075 triliun). Dana tersebut akan didistribusikan ke negara-negara Uni Eropa (UE) yang terkena dampak pandemi.
Dalam perundingan antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel sepakat dana tersebut seharusnya dijadikan sebagai hibah. Macron mengungkapkan, proposal itu sebagai langkah maju sebagai jawaban bagi apa yang dibutuhkan negara Eropa untuk tetap bersatu.
“Saya yakini ini sebagai transformasi dalam, dan itu Uni Eropa serta pasar tunggal dibutuhkan untuk tetap koheren,” kata Macron dalam diskusi virtual dilansir BBC.
Sebelumnya, Merkel menolak ide utang berbagi. Namun, akhirnya dia menerima kesepakatan demi persatuan UE. Dana tersebut diambil dari penggalangan dana dengan meminjam di pasar dan akan dibayar dari anggaran UE. Kedua pemimpin juga sepakat bahwa dana pemulihan akan difokuskan untuk membantu investasi di sektor industri ramah lingkungan. (Baca: Pakar: Ekonomi Jauh, Era Arab Saudi Berduit Berakhir)
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengungkapkan proposal itu melingkupi tantangan ekonomi yang dihadapi Eropa. Hal senada diungkapkan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde yang menyatakan rencana tersebut penuh ambisi dan memiliki target yang jelas.
Hanya saja, Kanselir Austria Sebastian Kurz mengungkapkan, negaranya mendukung dana pinjaman bagi negara anggota UE yang terkena dampak pandemi korona. “Posisi kita tidak berubah,” kata Kurz. Dia mengatakan, pihaknya memperkirakan anggaran UE akan merefleksikan, tetapi prioritas baru dibandingkan dengan penggalangan dana.
Di Asia Tenggara, sejumlah kota-kota di Asia mulai mendekati situasi normal menyusul dengan pelonggaran aturan lockdown di sejumlah negara. Vietnam, salah satu kisah sukses di dunia yang bisa mengendalikan pandemi ini, telah mengizinkan bisnis yang tidak esensial, seperti bar, restoran, bioskop, dan spa dibuka kembali dalam beberapa pekan terakhir.
Vietnam dengan jumlah penduduk sekitar 97 juta jiwa hanya mencatat sekitar 300 kasus Covid-19 di dalam negeri dan nol pasien meninggal, meskipun berbatasan dengan China. Para ahli mengatakan, Vietnam bertindak sejak awal, tidak seperti negara lain yang jumlah infeksi dan pasien meninggal tercatat dalam jumlah besar.
Di Yangon, Myanmar, beberapa ruas jalannya tersendat pekan lalu setelah pemerintah mengizinkan perusahaan untuk kembali beroperasi dengan menerapkan jarak aman antara para pekerjanya. Pemerintah mengatakan aturan pembatasan bisa diberlakukan kembali jika kasus mulai melonjak lagi.
Baik India dan Pakistan telah mulai melonggarkan pembatasan, bahkan ketika kasus terus meningkat karena dampak ekonomi dari lockdown terbukti mahal. Kedua negara belum melihat jumlah kematian yang tinggi, sebuah tren yang mereka harapkan akan bertahan.
Dalam perundingan antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel sepakat dana tersebut seharusnya dijadikan sebagai hibah. Macron mengungkapkan, proposal itu sebagai langkah maju sebagai jawaban bagi apa yang dibutuhkan negara Eropa untuk tetap bersatu.
“Saya yakini ini sebagai transformasi dalam, dan itu Uni Eropa serta pasar tunggal dibutuhkan untuk tetap koheren,” kata Macron dalam diskusi virtual dilansir BBC.
Sebelumnya, Merkel menolak ide utang berbagi. Namun, akhirnya dia menerima kesepakatan demi persatuan UE. Dana tersebut diambil dari penggalangan dana dengan meminjam di pasar dan akan dibayar dari anggaran UE. Kedua pemimpin juga sepakat bahwa dana pemulihan akan difokuskan untuk membantu investasi di sektor industri ramah lingkungan. (Baca: Pakar: Ekonomi Jauh, Era Arab Saudi Berduit Berakhir)
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengungkapkan proposal itu melingkupi tantangan ekonomi yang dihadapi Eropa. Hal senada diungkapkan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde yang menyatakan rencana tersebut penuh ambisi dan memiliki target yang jelas.
Hanya saja, Kanselir Austria Sebastian Kurz mengungkapkan, negaranya mendukung dana pinjaman bagi negara anggota UE yang terkena dampak pandemi korona. “Posisi kita tidak berubah,” kata Kurz. Dia mengatakan, pihaknya memperkirakan anggaran UE akan merefleksikan, tetapi prioritas baru dibandingkan dengan penggalangan dana.
Di Asia Tenggara, sejumlah kota-kota di Asia mulai mendekati situasi normal menyusul dengan pelonggaran aturan lockdown di sejumlah negara. Vietnam, salah satu kisah sukses di dunia yang bisa mengendalikan pandemi ini, telah mengizinkan bisnis yang tidak esensial, seperti bar, restoran, bioskop, dan spa dibuka kembali dalam beberapa pekan terakhir.
Vietnam dengan jumlah penduduk sekitar 97 juta jiwa hanya mencatat sekitar 300 kasus Covid-19 di dalam negeri dan nol pasien meninggal, meskipun berbatasan dengan China. Para ahli mengatakan, Vietnam bertindak sejak awal, tidak seperti negara lain yang jumlah infeksi dan pasien meninggal tercatat dalam jumlah besar.
Di Yangon, Myanmar, beberapa ruas jalannya tersendat pekan lalu setelah pemerintah mengizinkan perusahaan untuk kembali beroperasi dengan menerapkan jarak aman antara para pekerjanya. Pemerintah mengatakan aturan pembatasan bisa diberlakukan kembali jika kasus mulai melonjak lagi.
Baik India dan Pakistan telah mulai melonggarkan pembatasan, bahkan ketika kasus terus meningkat karena dampak ekonomi dari lockdown terbukti mahal. Kedua negara belum melihat jumlah kematian yang tinggi, sebuah tren yang mereka harapkan akan bertahan.