China Emoh Berikan Data Mentah COVID-19 kepada WHO
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Penyelidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terlibat perdebatan sengit dengan para pejabat China . Penyebabnya, Beijing menolak untuk menyerahkan data mentah terkait kasus awal virus Corona baru .
Begitu laporan yang diturunkan oleh Wall Street Journal (WSJ).
Data tersebut diketahui bisa membantu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana dan kapan pandemi dimulai. Sebuah tim penyelidik WHO menghabiskan waktu hampir sebulan di Wuhan , China, mencoba mencari tahu asal-usul pandemi.
WSJ melaporkan pejabat di China frustrasi dengan permintaan yang terus-menerus untuk mendapatkan informasi tentang 174 kasus COVID-19 yang ditemukan pada Desember 2019. Laporan itu menambahkan bahwa pejabat WHO hanya diberi ringkasan dan analisis data, serta informasi dari rekam medis dari bulan-bulan sebelum wabah di Wuhan diidentifikasi.
"Mereka menunjukkan kepada kami beberapa contoh, tetapi itu tidak sama dengan melakukan semuanya, yang merupakan penyelidikan epidemiologi standar," kata Dominic Dwyer, seorang ahli mikrobiologi Australia di tim WHO kepada WSJ yang dinukil Business Insider, Sabtu (13/2/2021).
"Jadi, Anda tahu, penafsiran data itu menjadi lebih terbatas dari sudut pandang kami, meskipun pihak lain mungkin melihatnya cukup baik," imbuhnya.
Pejabat China ingin membujuk para penyelidik pemerintah China untuk mengklaim bahwa virus itu mungkin telah menyebar di negara itu dari luar negeri, tetapi pejabat WHO mengatakan mereka tidak dapat membuat klaim apa pun sampai mereka melihat datanya, The New York Times melaporkan.
"Saya mengambil seluruh misi yang sangat geopolitik," kata Dr. Thea Kolsen Fischer, ahli epidemiologi Denmark di tim WHO kepada The New York Times.
"Semua orang tahu seberapa besar tekanan yang ada di China agar terbuka untuk penyelidikan dan juga seberapa besar kesalahan yang mungkin terkait dengan ini," ungkapnya.
Tim ahli WHO beberapa hari yang lalu mengumumkan hasil penyelidikannya terkait asal usul COVID-19. Menurut tim ahli WHO penyakit yang telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang itu bukan berasal dari Wuhan, China. Mereka juga menampik spekulasi jika virus tersebut berasal dari kebocoran di laboratorium virologi Wuhan.
Begitu laporan yang diturunkan oleh Wall Street Journal (WSJ).
Data tersebut diketahui bisa membantu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana dan kapan pandemi dimulai. Sebuah tim penyelidik WHO menghabiskan waktu hampir sebulan di Wuhan , China, mencoba mencari tahu asal-usul pandemi.
WSJ melaporkan pejabat di China frustrasi dengan permintaan yang terus-menerus untuk mendapatkan informasi tentang 174 kasus COVID-19 yang ditemukan pada Desember 2019. Laporan itu menambahkan bahwa pejabat WHO hanya diberi ringkasan dan analisis data, serta informasi dari rekam medis dari bulan-bulan sebelum wabah di Wuhan diidentifikasi.
"Mereka menunjukkan kepada kami beberapa contoh, tetapi itu tidak sama dengan melakukan semuanya, yang merupakan penyelidikan epidemiologi standar," kata Dominic Dwyer, seorang ahli mikrobiologi Australia di tim WHO kepada WSJ yang dinukil Business Insider, Sabtu (13/2/2021).
"Jadi, Anda tahu, penafsiran data itu menjadi lebih terbatas dari sudut pandang kami, meskipun pihak lain mungkin melihatnya cukup baik," imbuhnya.
Pejabat China ingin membujuk para penyelidik pemerintah China untuk mengklaim bahwa virus itu mungkin telah menyebar di negara itu dari luar negeri, tetapi pejabat WHO mengatakan mereka tidak dapat membuat klaim apa pun sampai mereka melihat datanya, The New York Times melaporkan.
"Saya mengambil seluruh misi yang sangat geopolitik," kata Dr. Thea Kolsen Fischer, ahli epidemiologi Denmark di tim WHO kepada The New York Times.
"Semua orang tahu seberapa besar tekanan yang ada di China agar terbuka untuk penyelidikan dan juga seberapa besar kesalahan yang mungkin terkait dengan ini," ungkapnya.
Tim ahli WHO beberapa hari yang lalu mengumumkan hasil penyelidikannya terkait asal usul COVID-19. Menurut tim ahli WHO penyakit yang telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang itu bukan berasal dari Wuhan, China. Mereka juga menampik spekulasi jika virus tersebut berasal dari kebocoran di laboratorium virologi Wuhan.
(ian)